Tak Cuma Rupiah, Mata Uang Asia Bertekuk Lutut di Depan Dolar

rev, CNBC Indonesia
04 October 2023 10:42
Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Rupiah dan dolar (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas mata uang Asia mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Rabu (4/10/2023). Hal ini terjadi di tengah suku bunga bank sentral AS (The Fed) yang berpotensi kembali naik dan kuatnya indeks dolar AS (DXY).

Dilansir dari Refinitiv, pukul 09.46 WIB, pelemahan mata uang Asia dipimpin oleh rupiah Indonesia yang melemah 0,39% terhadap dolar AS secara harian. Posisi kedua ditempati oleh baht Thailand yang melemah sebesar 0,35%.

Namun sedikit berbeda dengan yuan China yang dalam tiga hari terakhir stagnan 0,00% karena terjadi Festival Pertengahan Musim Gugur dan libur Hari Nasional tahun ini atau yang dikenal sebagai pekan emas yang dimulai dari 29 September hingga 6 Oktober 2023.

DXY terpantau terus melesat khususnya dalam empat hari terakhir yang menguat secara konsisten dan signifikan. Pada 29 September tercatat DXY berada di angka 106,22 dan pada hari ini DXY berada di posisi 107,11 atau naik 0,83% dalam empat hari.

Kuatnya The Greenback ini memberikan tekanan kepada mata uang Asia lainnya. Alhasil terjadi pelemahan/depresiasi mata uang di Asia akhir-akhir ini.

Selain itu, suku bunga AS pun masih menjadi perbincangan hangat karena bank sentral AS (The Fed) masih bersikap hawkish untuk ke depannya. Bahkan ada kecenderungan di sisa akhir tahun ini, The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November 2023.

Hal ini ditunjukkan oleh perangkat CME FedWatch yang mencerminkan bahwa 30,3% pelaku pasar meyakini bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 1 November mendatang, sedangkan sisanya masih berekspektasi suku bunga ditahan di bulan depan.

Inventor kini juga memprediksi suku bunga dapat lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama (higher for longer). Hal ini juga sejalan dengan pernyataan Presiden Fed Cleveland Loretta Mester yang mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi, kemungkinan pada pertemuan bank berikutnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tak Cuma Rupiah, Mata Uang Negara Besar Juga Tumbang

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular