Pasar Kripto Gak Jelas, Ternyata Ini Biang Keroknya

rev, CNBC Indonesia
04 October 2023 10:40
FILE PHOTO: Bitcoin (virtual currency) coins placed on Dollar banknotes, next to computer keyboard, are seen in this illustration picture, November 6, 2017.  REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo
Foto: REUTERS/Dado Ruvic

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar kripto bergerak variatif dalam 24 jam di tengah isu suku bunga dan indeks dolar AS (DXY) yang kian menguat.

Merujuk dari CoinMarketCap pada Rabu (4/10/2023) pukul 07.17 WIB, pasar kripto relatif bergerak mix dengan tendensi melemah. Bitcoin turun 0,48 % ke US$27.377,82 meski secara mingguan masih menguat 4,37%.

Ethereum melemah 0,58% dalam 24 jam terakhir dan dalam tujuh hari terapresiasi 3,73%.

Dogecoin juga turun 1,22% secara harian meski secara mingguan masih menguat 1,05%.

Berbeda halnya dengan XRP yang menguat 3,78% dalam 24 jam terakhir dan secara mingguan berada di zona positif 5,96%.

CoinDesk Market Index (CMI) yang merupakan indeks untuk mengukur kinerja tertimbang kapitalisasi pasar dari pasar aset digital turun 0,35% ke angka 1.149,44. Open interest terdepresiasi 0,15% di angka US$24,39 miliar.

Sementara dilansir dari Alternative.me, bitcoin fear & greed index tercatat berada di posisi 49 yang mana merupakan kategori netral atau lebih rendah dibandingkan hari kemarin (3/10/2023) yang berada di angka 50 dengan kategori netral juga.

Sedangkan fear & greed index yang dilansir dari coinmarketcap.com menunjukkan angka 44 yang menunjukkan bahwa pasar berada di fase netral dengan kondisi ekonomi dan industri kripto saat ini.

Merujuk dari coin-turk.com, Bulan Oktober sebagian besar merupakan periode kenaikan, namun juga mengalami penurunan sebanyak dua kali dalam 10 tahun terakhir. Jika bulan September bisa ditutup secara positif sebagai pengecualian, kita mungkin melihat pengecualian serupa untuk bulan Oktober. Perkembangan negatif di sisi makro juga mendukung kemungkinan penurunan pada bulan ini.

Meskipun indeks dolar AS (DXY) menyentuh harga tertinggi baru dan harga minyak tetap kuat, obligasi Treasury AS juga memperoleh nilai. Diketahui bahwa data perekonomian AS di masa depan tidak akan terlalu cerah. Hal ini juga mendukung kemungkinan kenaikan suku bunga yang telah dibahas para anggota selama 2 hari terakhir pada pertemuan 1 November.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, hasil survei menunjukkna 30,3% meyakini bahwa bank sentral AS (The Fed) akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis poin (bps) pada pertemuan 1 November mendatang, sedangkan sisanya masih berekspektasi suku bunga ditahan di bulan depan.

Banyak kenaikan suku bunga telah terjadi sejak bulan Maret, ketika batas atas suku bunga diperkirakan akan ditetapkan. Volume menurun tajam pada bulan Mei ketika para pelaku pasar mengurangi aktivitas mereka. Semua faktor ini mendukung ekspektasi tren pasar negatif sebelum halving.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Video: Harga Bitcoin Tembus Level All Time High

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular