
Ekonomi AS Mau Lari Kencang, Rupiah Makin Tertekan

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah AS merilis data ekonominya yang masih kontraksi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.575/US$ atau melemah 0,32% terhadap dolar AS. Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 6 Januari 2023 atau sekitar sembilan bulan terakhir.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Selasa (3/10/2023) berada di posisi 107,08 atau naik 0,16% jika dibandingkan penutupan perdagangan Senin (2/10/2023) yang berada di posisi 106,90.
Data terbaru menunjukkan ekonomi AS terus mengalami perbaikan meski secara output manufaktur masih terkontraksi hal ini dapat memberikan tekanan tambahan bagi ekonomi global termasuk Indonesia.
AS telah merilis data ekonomi pada Senin (2/10/2023) yang menunjukkan jika ekonomi AS masih kencang. ISM mengatakan bahwa PMI manufaktur AS meningkat menjadi 49,0 bulan September 2023, angka tersebut tertinggi sejak November 2022, dari 47,6 pada bulan Agustus. Namun, bulan September menandai bulan ke-11 berturut-turut dimana PMI tetap berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Indeks PMI menunjukkan jika ekonomi AS masih kuat sehingga kemungkinan inflasi akan sulit melandai. Data ekonomi menunjukkan aktivitas pabrik AS menurun lebih lambat dari perkiraan pada bulan September, sementara belanja konstruksi AS meningkat pada bulan Agustus.
Masih membaiknya ekonomi AS inilah yang membuat pelaku pasar semakin yakin jika bank sentral AS (The Fed) masih akan hawkish ke depan, Ekspektasi kenaikan suku bunga acuan The Fed membuat dolar AS dan imbal hasil US Treasury melonjak.
Sebagai catatan, suku bunga AS saat ini dikisaran angka 5,25-5,50% dan The Fed berpotensi kembali menaikkan suku bunganya di sisa tahun 2023 ini sebesar 25 basis poin (bps).
Menurut perangkat CME FedWatch, pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada November, survei menunjukkan bahwa 27,2% meyakini The Fed akan menaikkan suku bunganya. Sementara persentase lebih besar diyakini oleh 39% hasil survei bahwa The Fed menaikkan suku bunganya justru pada Desember 2023.
Beralih ke domestik, Badan Pusat Statistik (BPS) telah merilis data inflasi Indonesia pada Senin (2/10/2023). Inflasi September 2023 mencapai 0,19% secara bulanan (month to month/mtm). Sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) inflasi mencapai 2,28%. Hal ini relatif sesuai dengan hasil konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia dan target Bank Indonesia (BI) yakni direntang 2-4%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer
