
Asing Kabur dari RI, Dolar Tembus Rp 15.500

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca inflasi Indonesia melandai dan larinya dana asing dari Indonesia.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup di angka Rp15.525/US$ atau melemah 0,49% terhadap dolar AS. Hal ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan Jumat (29/9/2023) yang justru menguat 0,42%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Senin (2/10/2023) berada di posisi 106,20 atau melemah tipis 0,02% jika dibandingkan penutupan perdagangan Jumat (29/9/2023) yang berada di posisi 106,22.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi September 2023 mencapai 0,19% secara bulanan (month to month/mtm). Sedangkan secara tahunan (year on year/yoy) inflasi mencapai 2,28%.
Hal tersebut tidak relatif sudah diekspektasikan pasar mengingat konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 11 institusi memperkirakan inflasi September 2023 akan mencapai 0,13% dibandingkan bulan sebelumnya (mtm). Hasil polling juga memperkirakan inflasi (year on year/yoy) akan berada di angka 2,23% pada bulan ini. Inflasi inti (yoy) diperkirakan mencapai 2,02%. Sebagai catatan, inflasi pada Agustus 2023 tercatat 3,27% (yoy) sementara inflasi inti mencapai 2,18% (yoy).
Hal ini merupakan sentimen positif karena sesuai dengan target inflasi Indonesia untuk 2023 yakni dalam rentang 2-4%.
Kendati demikian, tekanan terhadap rupiah tetap terjadi karena sikap pengetatatan yang dilakukan oleh bank sentral AS (The Fed) akibat inflasi AS yang kembali naik.
Untuk diketahui, AS mencatatkan inflasi sebesar 3,7% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, naik dari inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,2% yoy. Sedangkan target inflasi AS yakni 2%.
Perangkat CME FedWatch menunjukkan bahwa 30,8 % hasil survei menargetkan The Fed akan mengerek suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) pada Federal Open Market Committee (FOMC) November mendatang. Sementara persentase lebih besar ditunjukkan pada FOMC Desember dengan angka 38,8% yang meyakini The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps.
Alhasil, capital outflow dari negara berkembang termasuk Indonesia pun terjadi. Capital outflow ini tercermin dari data transaksi BI pada 25 - 27 September 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp7,77 triliun terdiri dari jual neto Rp7,86 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), jual neto Rp2,07 triliun di pasar saham dan beli neto Rp2,16 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Hal ini yang perlu dicermati pelaku pasar karena dapat memberi tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer