
4 Fakta Bursa Karbon RI, Cara Kerja, Harga Karbon & Pemainnya

Jakarta, CNBC Indonesia - Indonesia telah memulai perdagangan kredit karbon perdananya pada hari hari ini Selasa (26/9) yang bertujuan untuk menciptakan pasar dalam mendanai pengurangan emisi gas rumah kaca dan menjadi peserta utama dalam perdagangan karbon global.
Indonesia sendiri merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan hujan terbesar ketiga di dunia. Selain itu juga merupakan salah satu penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia.
Negara di Asia Tenggara ini telah menetapkan target untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060.
Cara Kerjanya Bursa Karbon
Mengutip Reuters, pasar karbon Indonesia dirancang untuk memfasilitasi perdagangan sertifikat kredit karbon yang diterbitkan untuk proyek atau kegiatan dalam menghilangkan emisi gas rumah kaca dari atmosfer, atau untuk perusahaan yang menghasilkan emisi karbon di bawah ambang batas polusi yang ditetapkan pemerintah.
Pada bulan Februari lalu, Indonesia meluncurkan tahap pertama perdagangan karbon wajib untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, yang melibatkan 99 fasilitas, di mana mereka memperdagangkan tunjangan emisi.
DKI Jakarta saat ini sedang menyusun sebuah peta jalan yang akan mencakup batasan emisi untuk empat sektor lainnya seperti kehutanan, proses industri dan penggunaan produksi, pertanian dan pengelolaan limbah, serta pajak karbon untuk emisi di atas batasan.
Pemerintah berharap bahwa peraturan-peraturan ini akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk memangkas emisi mereka. Sementara perusahaan-perusahaan yang mendapatkan dana dari pasar dapat menginvestasikan kembali dana tersebut dalam upaya untuk mengurangi emisi.
Harga Bursa Karbon
Tiga belas kredit karbon untuk hampir 460.000 metrik ton setara karbon dioksida (CO2e) dari proyek-proyek PT Pertamina Geothermal Energy di Sulawesi telah diperdagangkan, dengan harga Rp 69.600 (US$ 4,51) per ton pada pembukaan perdagangan hari Selasa.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman mengatakan, harga akan bervariasi pada setiap proyek tergantung pada masing-masing perusahaan.
Sementara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut, pada uji coba bulan Februari lalu untuk pembangkit listrik tenaga batu bara, tunjangan karbon diperdagangkan di kisaran harga US$ 2 hingga US$ 18 per ton.
Sebagai perbandingan, harga karbon di Uni Eropa telah mencapai lebih dari US$ 80 per ton, sementara penilaian harga di bursa karbon CIX yang berbasis di Singapura pada bulan Juni lalu telah mematok harga kredit penghindaran berbasis alam yang diterbitkan antara tahun 2019 dan 2022 sebesar US$ 5,36 per ton.
Siapa Saja yang Berpartisipasi ?
Perdagangan saat ini bersifat sukarela, tetapi akan menjadi wajib setelah aturan polusi yang lebih ketat diterapkan. Saat ini, batas emisi hanya ditetapkan untuk sektor listrik, sehingga regulator berharap perusahaan listrik akan menjadi pembeli paling aktif di pasar pada tahap awal.
Namun, setelah batas polusi ditetapkan untuk berbagai sektor, perusahaan lain dapat bergabung.
Perbankan, unit-unit perusahaan energi negara Pertamina dan perusahaan-perusahaan pertambangan termasuk di antara para pembeli pada perdagangan hari ini.
"Perusahaan-perusahaan yang telah berkomitmen untuk mencapai emisi nol-nol dan perusahaan-perusahaan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan, sosial dan tata kelola juga dapat berpartisipasi," kata Iman.
Namun, BEI tidak memberikan perkiraan jumlah pasokan. Sebab hal ini akan tergantung pada sertifikat kredit karbon yang dikeluarkan oleh kementerian lingkungan hidup.
Asing Bisa Beli
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan pada saat peluncuran mengatakan bahwa Indonesia ingin mendapatkan pengakuan bersama pada bursa ini sehingga dapat menarik pembeli asing ke pasarnya pada tahap selanjutnya.
Namun, setiap transaksi lintas batas tidak boleh mengganggu target Jakarta sendiri di bawah Perjanjian Paris.
(rob/ayh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article BEI Targetkan 96 Pengguna Jasa Karbon di 2024, Ini Strateginya