Profil Pemilik & Legenda 3 Dekade Atrium Senen yang Dijual

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Sabtu, 23/09/2023 18:55 WIB
Foto: Pejalan kaki melintas di depan Plaza Atrium Senen, Jakarta, Kamis (21/9/2023). Emiten pengelola Plaza Atrium Senen, PT Cowell Development Tbk. (COWL) telah menjual aset gedung Plaza Atruim Segitiga Senin pada tanggal 16 Agustus 2023 lalu. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gedung Plaza Atrium Segitiga Senen yang dikelola oleh emiten pengelola Plaza Atrium Senen, PT Cowell Development Tbk. (COWL) telah dijual aset pada tanggal 16 Agustus 2023 lalu.

Hal ini terjadi imbas putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat yang memutus pailit PT Cowell Development dan perhentian perdagangan saham COWL oleh Bursa Efek Indonesia.

Plaza Atrium Senen sendiri bukanlah pusat perbelanjaan yang baru berdiri. Jika melihat pada sejarahnya, Atrium Senen sudah berdiri sejak Agustus 1992, atau 31 tahun lalu.


Pendirian Atrium Senen tidak terlepas dari upaya pemerintah mewujudkan kawasan Segitiga Emas Senen sebagai sentra ekonomi di Jakarta Pusat pada tahun 1990-an. Perlu diketahui, Kawasan Senen memang sudah sejak lama menjadi pusat kegiatan ekonomi berkat keberadaan Pasar Senen yang sudah berdiri dari tahun 1735.

Orang-orang selalu bolak-balik kawasan itu untuk berbelanja. Atas dasar inilah, mengacu pada publikasi Kawasan Pasar Senen Yang Semakin Berkembang (2020), pemerintah ingin membuat Senen menjadi kawasan bisnis terintegrasi. Nantinya, di satu kawasan bakal ada pasar, hotel, perkantoran, pertokoan, dan pusat perbelanjaan.

Nah, sebagai upaya mewujudkan pusat perbelanjaan itu dilaksanakanlah pembangunan Plaza Atrium Senen pada tahun 1991 dengan dana Rp 80 miliar. Dalam rancangannya, Plaza Atrium Senen bakal dibangun setinggi 6 lantai di atas tanah 66 ribu meter2.

Pembangunan pun tergolong cepat. Hanya dalam waktu setahun Plaza Atrium Senen sudah berdiri dan diresmikan pada tahun 1992. Berdasarkan penelusuran CNBC Indonesia, pada awal berdiri Plaza Atrium Senen langsung diisi oleh banyak perusahaan dari merek-merek ternama.

Antara lain, KFC, Matahari, Cineplex 21, dan sebagainya. Alhasil, Plaza Atrium Senen pun langsung ramai pengunjung. Tak heran apabila Plaza Atrium Senen sempat dinobatkan sebagai salah satu mall terbesar dan kelas atas di Jakarta Pusat.

Seiring waktu, setelah Plaza Atrium Senen berdiri, kawasan Senen lantas menjadi kawasan bisnis terpadu. Dalam laman resminya, Plaza Atrium Senen menjadi superblok pertama di Jakarta. Di sana berdiri kompleks Pasar Senen, Apartemen, dan hotel berbintang.

Bahkan, keramaian Atrium Senen tak hanya mengundang cuan saja, tetapi juga membawa bencana. Mengutip Detik.com, pada Agustus 2001 Plaza Atrium Senen pernah dibom berdaya ledak tinggi oleh sekelompok teroris hingga merusak bangunan dan melukai beberapa orang.

Pada awal berdiri, tak diketahui siapa pengelola Plaza Atrium Senen. Barulah pada tahun 2012, pengelolaan jatuh ke tangan PT Cowell Development Tbk. (COWL). Kini, di Plaza Atrium Senen terdapat 130 toko, 50 restoran, dan di salah satu lantainya menjadi pusat onderdil terbesar di Jakarta.

COWL memulai kegiatan operasionalnya pada tahun 1981. Entitas induk langsung COWL adalah PT Gama Nusapala (menggenggam 71,12% saham, Feral Investment Inc 14,35%, Earvin Limited sebesar 8,12% dan sisanya masyarakat sebesar 6,41%.

Beberapa proyek yang dibangun COWL, di antaranya township The Oasis di Cikarang dan Borneo Paradiso di Balikpapan. Kemudian, Melati Mas Residence di Tangerang, pusat perbelanjaan Plaza Atrium di Senen (Jakarta), dan Cowell Tower di Jakarta.

Induk usaha Cowell adalah PT Gama Nusapala, merupakan perusahaan yang dimiliki oleh PT Lestari Investindo Mandiri (LIM). LIM merupakan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Fransiscus Suciyanto.

Manajemen mengaku, nantinya pendapatan dari PT Cowell Development, Tbk berkurang secara signifikan.

COWL sendiri merupakan perusahaan pengembang properti yang melantai di bursa akhir 2007 lalu. Namun saat ini COWL berpotensi delisting dari pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah masa suspensi transaksi sahamnya sudah mencapai 3 tahun.

Suspensi sementara atas transaksi saham COWL ditetapkan pada 13 Juli 2020 berdasarkan pengumuman nomor Peng-SPT-00016/BEI.PP3/07-2020 dan Peraturan Bursa Nomor I-I tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa.

Sebagaimana diketahui, perdagangan saham COWL juga telah dihentikan oleh BEI atau di suspensi di seluruh pasar efek setelah perseroan tersebut mendapat permohonan pernyataan pailit keuangan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat dan diputus pailit.

Sehingga, saham COWL hanya diperdagangkan di pasar negosiasi dalam 24 bulan terakhir. Masa suspensi COWL telah mencapai 24 bulan pada 13 Juli 2022 dan berpotensi dihapus dari bursa.

COWL tercatat 'ditato' bursa dengan 6 notasi yakni B, akibat dari permohonan pernyataan pailit, E (ekuitas negatif), D (opini "tidak menyatakan pendapat" dari auditor), L (laporan keuangan terlambat), Y (belum melaksanakan RPUS) dan X (efek dalam pemantauan khusus).

Sebelumnya, Komisaris Utama COWL Harijanto Thany juga telah mengundurkan diri sebagai pada 28 Juni 2022. Saat ini, Dewan komisaris hanya diisi Adam Mingkay selaku komisaris independen.


(pgr/pgr)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Bantu Permudah Transaksi Bisnis Secara Online Pakai AI