Market Commentary

IHSG Gak Bergairah, 7 Saham Ini yang Jadi Bebannya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
13 September 2023 12:43
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan sesi I Rabu (13/9/2023), di mana investor menanti rilis data inflasi Amerika Serikat (AS).

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG melemah 0,24% ke posisi 6.917,342. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.900.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni sebesar 0,7%.

Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bank Mandiri (Persero)BMRI-7,315.800-1,28%
Telkom Indonesia (Persero)TLKM-3,753.680-0,81%
Bank Central AsiaBBCA-3,379.050-0,55%
Bank Rakyat Indonesia (Persero)BBRI-2,785.350-0,47%
Astra InternationalASII-2,396.250-0,79%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-1,982.940-1,34%
Kalbe FarmaKLBF-1,771.785-1,92%

Sumber: Refinitiv

Tiga saham bank raksasa menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mencapai 7,3 indeks poin, kemudian PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,4 indeks poin, dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 2,8 indeks poin.

IHSG kembali melemah di tengah sikap investor yang cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi penting di global pada pekan ini, terutama data inflasi AS, karena data ini akan mempertaruhkan apakah era suku bunga tinggi akan berakhir.

Data inflasi AS periode Agustus 2023 diprediksi melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy), berdasarkan konsensus pasar dalam Trading Economics.

Apabila inflasi naik sesuai perkiraan, ini bakal menjadi kenaikan kedua yang terjadi setelah mencapai titik terendah 3% (yoy) pada Juni lalu.

Sementara dari inflasi inti diperkirakan akan melandai ke 4,3% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 4,7% (yoy). Kendati melandai, secara keseluruhan nilai inflasi dan inti masih jauh dari target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di sekitar 2%.

Kendati demikian, data inflasi diperkirakan bisa meningkat lagi karena efek harga minyak mentah dunia yang sempat melonjak hingga ke level US$ 90 per barel.

Bagai pedang bermata dua, ketika inflasi naik sikap The Fed pada pertemuan pekan ketiga bulan ini berpotensi bisa lebih ketat atau menaikkan suku bunga lagi. Sebaliknya, jika kembali melandai ada potensi sikap The Fed bisa lebih melunak.

Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, menunjukkan 93% investor yakin The Fed akan menahan suku bunga acuan di 5,25%-5,5% dalam pertemuan September. Sedangkan sisanya yakni 7% memperkirakan adanya kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin (bp).

Namun, yang menjadi pertanyaan besar pasar adalah kebijakan apa yang akan diambil The Fed setelah September serta kapan The Fed memberi sinyal pelonggaran.

Sebagai catatan, The Fed akan menggelar rapat pada 19-20 September mendatang untuk menentukan suku bunga.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular