
Sesi 1 IHSG Parkir di Zona Hijau, Ditopang Sektor Kesehatan
Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,19% ke posisi 6.937,91 dan masih belum mampu untuk menembus level psikologis 7.000.

Pekerja melewati layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/9/223). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat pada perdagangan sesi I Senin (11/9/2023), di tengah sikap investor yang menanti rilis beberapa data ekonomi penting di global dan dalam negeri pada pekan ini. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Hingga pukul 12:00 WIB, IHSG menguat 0,19% ke posisi 6.937,91. IHSG masih belum mampu untuk menembus level psikologis 7.000 pada hari ini. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Non-primer dan industri menjadi penopang IHSG di sesi I hari ini. Sektor kesehatan menopang IHSG hingga 3,51%, sedangkan sektor konsumer non-primer sebesar 1,35%, dan sektor industri sebesar 0,91%. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG. Berikut saham-saham yang menopang IHSG di sesi I hari ini. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Sejalan dengan sektor kesehatan yang menjadi penopang terbesar IHSG pada sesi I hari ini, saham emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menjadi saham penopang terbesar IHSG yakni mencapai 5,8 indeks poin. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

IHSG berhasil menguat setelah pada perdagangan akhir pekan lalu ditutup di zona merah. Meski kembali menguat, tetapi IHSG masih belum mampu menyentuh level psikologis 7.000. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

IHSG menguat di tengah sikap investor yang menanti rilis beberapa data ekonomi penting di global pada pekan ini. Dari global, data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus 2023 akan dirilis pada pekan ini, yakni pada Rabu waktu setempat. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Konsensus pasar dalam Trading Economic memperkirakan inflasi konsumen (consumer price index/CPI) diperkirakan akan melonjak ke 3,6% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Agustus 2023, dari bulan sebelumnya sebesar 3,2% (yoy). (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Target inflasi tersebut nampaknya masih sulit untuk dicapai The Fed tahun ini, mengingat harga minyak mentah global yang masih lanjut naik akibat supply minyak yang ketat dan membuat harganya kembali meninggi. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Selama sebulan terakhir hingga perdagangan yang berakhir 8 September 2023, harga minyak jenis Brent melesat 3,87% ke US$ 90,2 per barel, sementara harga minyak jenis light sweet West Texas Intermediate (WTI) melonjak 4,31% ke US$ 87,2 per barel. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)