Market Commentary

Mayoritas Saham Teknologi di RI Bergairah, Ada Apa?

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 11/09/2023 10:25 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten teknologi terpantau menguat pada perdagangan sesi I Senin (11/9/2023), meski belum ada kabar baik dan masih banyak sentimen negatif bagi saham-saham teknologi

Per pukul 09:37 WIB, dari 18 saham teknologi, 12 saham terpantau menguat, empat saham cenderung stagnan, dan dua saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten teknologi pada perdagangan sesi I hari ini.


SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Trimegah Karya PratamaUVCR1585,33%
Bukalapak.comBUKA2584,88%
Elang Mahkota TeknologiEMTK5953,48%
Cashlez Worldwide IndonesiaCASH762,70%
Digital Mediatama MaximaDMMX3262,52%
Bank JagoARTO2.3301,30%
Zyrexindo Mandiri BuanaZYRX2300,88%
NFC IndonesiaNFCX6.4250,78%
WIR AsiaWIRG1350,75%
Distribusi Voucher NusantaraDIVA3300,61%
Anabatic TechnologiesATIC3580,56%
Metrodata ElectronicsMTDL5150,00%
Galva TechnologiesGLVA9000,00%
DCI IndonesiaDCII33.5500,00%
IndointernetEDGE17.5000,00%
Global Digital NiagaBELI452-0,44%
GoTo Gojek TokopediaGOTO92-1,08%

Sumber: RTI

Saham perusahaan penyedia Ultra Voucher yakni PT Trimegah Karya Pratama Tbk (UVCR) memimpin penguatan saham teknologi pada sesi I hari ini, yakni melonjak 5,33% ke posisi harga Rp 158/saham.

Sedangkan untuk beberapa saham teknologi big cap juga terpantau menguat, seperti saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang melesat 3,48% dan PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang menanjak 1,3%.

Namun sayangnya, saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terpantau terkoreksi 1,08% ke posisi Rp 92/saham pada sesi I hari ini.

Saham teknologi di RI secara mayoritas bergairah, meski masih banyak kabar kurang menggembirakan yang hadir di pasar global, terutama terkait sentimen dari pembatasan penggunaan iPhone di China.

Sebelumnya pada pekan lalu, pemerintah China berencana untuk membatasi penggunaan iPhone untuk pegawai di China. Hal ini terjadi menjelang perilisan iPhone baru seri 15.

Presiden China Xi Jinping tersebut malah menetapkan kebijakan PNS dilarang menggunakan Iphone di lingkungan kerja, hal tersebut pertama kali dilaporkan Wall Street Journal (WSJ).

Meski tak diblokir secara nasional, tetapi kebijakan ini diramal akan berpengaruh pada penjualan iPhone. Sebab, China merupakan salah satu pasar yang berkontribusi paling besar ke bisnis Apple.

Dilaporkan Reuters, penjualan iPhone bisa anjlok hingga 10 juta unit gara-gara aksi pemerintah China. Erik W. Woodring, analis dari Morgan Stanley, memperkirakan pendapatan Apple bisa jatuh 4% akibat larangan di China. Adapun, profit Apple bisa merosot 3%.

Pembatasan penggunaan iPhone pun berdampak kepada pergerakan saham Apple di bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street. Pada perdagangan Kamis pekan lalu, saham Apple pun ditutup ambruk nyaris 3%, tepatnya ambruk 2,92% ke posisi US$ 177,56 per saham.

Namun pada perdagangan Jumat pekan lalu, saham Apple berhasil bangkit dan ditutup menguat 0,35% ke posisi US$ 178,18 per saham.

Selain itu, ketidakpastian terkait berakhirnya era suku bunga tinggi juga belum mereda dan menghambat pemulihan kinerja saham-saham teknologi.

Namun pada perdagangan Jumat pekan lalu, sebagian besar saham teknologi di AS berhasil rebound dan ditutup di zona hijau. Rebound-nya saham-saham teknologi di AS terjadi setelah imbal hasil (yield) Treasury AS melemah pada Jumat pekan lalu.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat