Market Commentary

Harga Batu Bara Lagi Loyo, Sahamnya di RI Ikutan Lesu

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 11/09/2023 10:50 WIB
Foto: Industri pertambangan merupakan dunia kerja yang identik dengan karakter maskulin dan secara alamiah pekerjanya lebih cocok untuk kaum laki-laki. (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (11/9/2023), di tengah harga batu bara yang sedang membentuk tren pelemahan.

Per pukul 09:24 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 13 saham terpantau melemah, empat saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni tiga saham terpantau menguat.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.


SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Harum EnergyHRUM1.615-3,00%
Atlas ResourcesARII332-2,35%
Baramulti SuksessaranaBSSR4.270-1,61%
Indika EnergyINDY2.050-1,44%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.850-1,38%
Indo Tambangraya MegahITMG30.325-1,38%
Bukit AsamPTBA2.900-1,02%
ABM InvestamaABMM3.960-1,00%
Delta Dunia MakmurDOID400-0,99%
Bayan ResourcesBYAN18.750-0,92%
Adaro Minerals IndonesiaADMR1.385-0,72%
United TractorsUNTR27.125-0,64%
Mitrabara AdiperdanaMBAP5.250-0,47%
Bumi ResourcesBUMI1440,00%
MNC Energy InvestmentIATA590,00%
TBS Energi UtamaTOBA3320,00%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS500,00%
Prima Andalan MandiriMCOL4.5100,22%
Golden Eagle EnergySMMT1.1450,44%
Alfa Energi InvestamaFIRE671,52%

Sumber: RTI

Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) memimpin koreksi saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni ambles 3% ke posisi Rp 1.615/saham.

Selain saham HRUM, mayoritas saham raksasa batu bara juga terkoreksi pada hari ini. Kecuali saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang cenderung stagnan pada sesi I hari ini.

Harga batu bara sedang dalam tren menurun, meskipun sepanjang pekan lalu terpantau menguat. Melansir data Refinitiv, pada perdagangan berakhir pada Jumat akhir pekan lalu, harga batu bara ditutup melemah 0,72% di US$ 159,50/ton. Akan tetapi, selama sepekan batu bara masih berada di zona hijau sebesar 0,31%.

Pergerakan harga batu bara yang masih dalam tren turun dipengaruhi oleh sejumlah sentimen terutama dari kondisi ekonomi China yang masih lesu walaupun sudah ada kebijakan akomodatif dari pemerintah.

Aktivitas jasa China pada periode Agustus 2023 terpantau turun ke 51,8. Nilai tersebut menjadi yang terendah dalam delapan bulan terakhir dan jauh dari ekspektasi pasar yang memperkirakan bisa tumbuh ke angka 53,6.

Tak hanya itu, China juga telah melaporkan ekspor - impor per Agustus 2023 yang kembali susut. Ekspor terkontraksi 8,8% (year-on-year/yoy) menjadi US$ 284,9 miliar, sementara impor turun 7,3% (yoy) menjadi US$ 216, 51 miliar.

Nilai tersebut menunjukkan ekspor sudah terkoreksi selama empat bulan beruntun sementara impor terkontraksi selama enam bulan terakhir.

Koreksi ekspor dan impor memang lebih rendah dibandingkan proyeksi pasar yakni 9,2% dan 14,5% dan lebih kecil dibandingkan pada Juli tetapi tetap mengundang banyak kekhawatiran dari pelaku pasar.

Sejumlah indikator menunjukkan perdagangan China masih akan lesu. Di antaranya adalah turunnya pengiriman barang dari Korea Selatan dan Jepang. Ekonomi Eropa juga memburuk yang bisa mengancam ekspor China ke depan.

Masih terkoreksinya ekspor menandai permintaan dari global yang belum pulih. Selain itu, kontraksi pada impor mencerminkan permintaan dalam negeri dari Tiongkok yang masih rendah.

Lesunya ekspor dan impor China bisa menjadi faktor negatif untuk batu bara, pasalnya negeri asal Panda ini merupakan salah satu eksportir terbesar komoditas, termasuk energi fosil ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat