
Minyak Dunia Berhenti Reli, Dihantui Lemahnya Permintaan

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak di buka melemah pada pembukaan perdagangan Jumat (8/9/2023) setelah kenaikan sembilan hari beruntun.
Hari ini harga minyak mentah WTI dibuka terkoreksi 0,10% di posisi US$86,78 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka turun 0,14% ke posisi US$89,79 per barel.
Pada perdagangan Kamis (7/9/2023), minyak WTI ditutup jatuh 0,77% ke posisi US$86,87 per barel, begitu juga minyak brent ditutup anjlok 0,75% ke posisi US$89,92 per barel.
Harga minyak kompak turun pada penutupan perdagangan hari Kamis, menghentikan reli yang berjalan hampir dua minggu, di tengah berbagai sinyal peringatan melemahnya permintaan dalam beberapa bulan mendatang.
Penurunan pada hari Kamis terjadi setelah kenaikan WTI selama sembilan sesi berturut-turut dan kenaikan Brent selama tujuh sesi berturut-turut.
Adapun harga juga melonjak pada awal pekan ini setelah Arab Saudi dan Rusia, dua eksportir minyak terbesar dunia, memperpanjang pengurangan pasokan secara sukarela hingga akhir tahun. Pemotongan ini merupakan tambahan dari pemotongan produksi pada bulan April yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ yang berlaku hingga akhir tahun 2024.
Sementara itu, dolar Amerika Serikat (AS) menguat, mendorong yen ke level terendah dalam 10 bulan dan mendorong euro dan sterling ke level terlemahnya dalam tiga bulan, karena investor menaruh taruhan mereka pada perekonomian AS yang masih tangguh. Penguatan dolar AS meningkatkan biaya pembelian minyak dalam mata uang greenback bagi pemegang mata uang lainnya.
Dalam perkebamgan lain, pelaku pasar juga mencerna data beragam dari Tiongkok. Ekspor secara keseluruhan turun 8,8% pada bulan Agustus tahun ke tahun dan impor mengalami kontraksi 7,3%. Namun impor minyak mentah melonjak 30,9%.
Kekhawatiran mengenai peningkatan produksi minyak dari Iran dan Venezuela, dapat mengimbangi pengurangan produksi dari Saudi dan Rusia, serta membatasi kenaikan harga minyak.
Namun, permintaan AS tetap kuat, karena stok minyak mentah AS turun sebesar 6,3 juta barel pada minggu lalu, penurunan selama empat minggu berturut-turut dan turun lebih dari 6% pada bulan lalu, menurut data pemerintah AS.
Para pelaku pasar perlu mempertimbangkan kemungkinan risiko permintaan seperti pada kuartal keempat, pasar dapat melambat memasuki musim konsumsi minyak di luar jam sibuk setelah permintaan musim panas berakhir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?
