Emiten Mothercare BABY Resmi IPO, Sahamnya Naik 9%

Mentari Puspadini, CNBC Indonesia
07 September 2023 12:32
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten pemegang lisensi Mothercare di Indonesia, PT Multitrend Indo Tbk (BABY) secara sah melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, (7/9/2023). Pada hari pertama di Bursa, saham BABY bergerak menanjak.

BABY menentukan harga penawaran Rp266 per lembar. Pada pembukaan perdagangan pagi ini, saham perusahaan milik Kanmo Group tersebut bergerak di angka Rp 290 per helai, atau naik 9% dengan kapitalisasi pasar sebesar Rp 773,89 miliar.

Dalam IPO ini, BABY melepas sebanyak 534 juta saham baru atau 20,00% dari modal ditempatkan dan disetor penuh, sehingga perseroan berhasil memperoleh dana segar sebesar Rp 142 miliar.

Presiden Direktur BABY Jitin Singh Kapoor mengatakan IPO ini akan dimanfaatkan untuk meningkatkan strategi omnichannel dengan memanfaatkan teknologi digital dan data dalam memastikan akses konsumen yang lancar di seluruh poin kontak utama.

"Divisi distribusi kami akan memainkan peran penting dalam strategi pertumbuhan kami, dengan fokus pada perluasan dan inovasi portofolio merek kami sendiri. Khususnya, pada merek perawatan bayi kami yang berkembang pesat, Momami, dan merek makanan ringan bayi yang baru saja diluncurkan, Pureats akan menerima peningkatan visibilitas dan inisiatif distribusi," ungkap Jitin Kapoor saat pencatatan perdana perusahaannya di Gedung BEI.

Melalui prospektusnya, sebanyak 18,23% dana IPO BABY untuk digunakan pengembangan usaha dalam bentuk belanja modal.

Kemudian 84,91% akan digunakan oleh perusahaan untuk belanja modal yang berkaitan dengan renovasi tempat untuk pembukaan 15 toko baru di Jabodetabek, Makassar, Bali, Surabaya, dan Yogyakarta yang direncanakan dilakukan pada 2023–2024 dan 15,09% akan digunakan sebagai deposit penyewaan tempat atas toko-toko baru kepada pihak ketiga.

Sementara 81,77% akan digunakan perseroan untuk pengembangan usaha dalam bentuk modal kerja yaitu pembiayaan kebutuhan operasional sehari-hari, antara lain namun tidak terbatas untuk pembelian persediaan, pembayaran gaji karyawan, periklanan, pembiayaan kegiatan operasional dan lain-lain.

Berdasarkan laporan keuangan per 28 Februari 2023, perusahaan masih membukukan kerugian periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 5,2 miliar, angka kerugian ini lebih turun dibandingkan kerugian 28 Februari 2022 sebesar Rp 15,8 miliar.

Penurunan kerugian karena didorong oleh peningkatan pendapatan per 28 Februari 2023 menjadi Rp 162,4 miliar, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 129,5 miliar.

Namun, tingginya beban-beban usaha dan beban pajak kini masih menggerus laba perseroan, sehingga perseroan belum mampu membukukan laba hingga Februari 2023.

Jika melihat dari laporan keuangan perseroan, di mana per 28 Februari 2023 terdapat beban pajak kini sebesar Rp 796,2 juta, yang di mana pada periode yang sama tahun sebelumnya tidak terdapat beban pajak kini.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 10 Emiten IPO Paling Cuan di 2023, Ada RAAM

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular