Ekspedisi Rupiah Berdaulat

Warga di Pulau Ini Ogah Pakai Rupiah Logam, Ini Alasannya!

MAIKEL JEFRIANDO, CNBC Indonesia
05 September 2023 15:55
Rupiah Busuk di Pulau Terpencil RI: Lusuh, Sobek, Nyaris Hancur. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)
Foto: Rupiah Busuk di Pulau Terpencil RI: Lusuh, Sobek, Nyaris Hancur. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Tanimbar, CNBC Indonesia - Warga Pulau Larat, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku tidak menggunakan semua pecahan uang rupiah logam dalam aktivitas transaksi jual beli. Rupiah yang digunakan hanya jenis kertas dengan minimal pecahan Rp1.000. Apa alasannya?

"Sebenarnya tidak ada alasan yang jelas, cuma sudah sejak lama tidak pakai, sepertinya usai krismon," ungkap Max, Warga Pulau Larat kepada CNBC Indonesia, Selasa (5/9/2023)

Perilaku ini terjadi secara turun temurun. Di mana masyarakat tidak mau menerima uang rupiah logam. Apalagi harga barang di pulau Larat paling murah adalah Rp1.000. "Kalau kembalian ya dikasih permen saja kadang," jelasnya.

Max sendiri memiliki banyak uang logam di rumahnya, namun tidak bisa dipergunakan di pulau tersebut dan sekitarnya. Biasanya uang tersebut akan dibawa ke luar kota seperti ke Ambon atau Surabaya.

CNBC Indonesia coba menjajaki beberapa pedagang di pulau tersebut. Untuk harga barang, semuanya genap dengan kelipatan Rp1.000. Tidak ada barang yang harganya Rp2.200, Rp3.700, Rp15.500 dan seterusnya.

Apabila di kota Ambon harga barang tidak genap, maka akan dibulatkan ke atas. Misalnya untuk barang harga Rp12.400 maka akan dijadikan Rp13.000, atau Rp1.500 maka akan jadi Rp2.000.

Sosialisasi, kata Max, cukup sering dilakukan, baik dari Kecamatan, Kabupaten ataupun Bank Indonesia (BI). BI bahkan pernah membagikan uang rupiah logam secara gratis kepada warga beberapa tahun lalu, tapi uang itu sampai sekarang tidak pernah digunakan.

Proses penukaran uang di Pulau Larat, Tanimbar, Maluku. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)Foto: Proses penukaran uang di Pulau Larat, Tanimbar, Maluku. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)
Proses penukaran uang di Pulau Larat, Tanimbar, Maluku. (CNBC Indonesia/Maikel Jefriando)

Kondisi seperti ini akan berbahaya jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Risiko inflasi mengintai, sebab ada kenaikan harga dari pembulatan tersebut. Pada akhirnya, daya beli masyarakat bisa terpukul dan berpengaruh negatif terhadap perekonomian.

Bank Indonesia (BI) dalam kegiatan ekspedisi rupiah berdaulat, selain memfasilitasi penukaran uang, juga melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang cinta, bangga, dan paham rupiah.

BI menekankan rupiah harus dijaga dan dirawat sebaik-baiknya. Tidak boleh dilipat, disobek atau dicoret. Seandainya rusak dan sudah lusuh segera ditukarkan ke bank.

BI juga memastikan pecahan logam masih berlaku. "Bagi yang punya uang logam tidak apa-apa dipergunakan saja. Karena masih berlaku. Ke kota lain di Indonesia ini juga masih berlaku," ungkap tim ekspedisi rupiah berdaulat.


(mij/haa)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Tim Ekspedisi Berlayar 16 Jam ke Tual, Bawa Uang Baru Rp10 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular