
Menanti Data Ekonomi AS, Harga Minyak Kembali Bergejolak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia di buka melemah pada pembukaan perdagangan Selasa (29/8/2023) karena kekhawatiran turunnya permintaan minyak.
Harga minyak mentah WTI di buka turun 0,15% ke posisi US$79,98 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent di buka terkoreksi 0,04% ke posisi US$84,39 per barel.
Sementara pada perdagangan Senin (28/8/2023), minyak WTI di tutup menguat 0,34% ke posisi US$80,10 per barel, sedangkan minyak brent melemah 0,07% ke posisi US$84,42 per barel.
Harga minyak ditutup tak kompak pada perdagangan Senin kemarin karena kekhawatiran bahwa kemungkinan kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dapat menurunkan permintaan diimbangi oleh kekhawatiran badai tropis di lepas pantai Teluk AS yang dapat berdampak pada pasokan.
Investor menunggu data ekonomi utama AS pada akhir pekan ini yang akan membantu menentukan jalur suku bunga tahun ini dan tahun depan. Ketua The Federal Reserve Jerome Powell pada hari Jumat mengatakan bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredakan inflasi yang masih membandel.
Pasar mengantisipasi kemungkinan 80% bahwa The Fed akan bertahan pada bulan depan, alat FedWatch dari Refinitiv menunjukkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan November sekarang diperkirakan sekitar 56%.
Sementara itu, Badai Tropis Idalia melanda bagian barat Kuba pada hari Senin dan hampir menjadi badai saat menuju Florida. Badai ini kemungkinan besar akan menyebabkan pemadaman listrik dan berdampak pada produksi minyak mentah di sisi timur Pantai Teluk AS.
Pada minggu ini para pelaku pasar berfokus pada laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS yang akan dirilis pada hari Kamis dan data nonfarm payrolls periode Agustus pada hari Jumat mendatang.
Investor juga masih tetap waspada terhadap pemulihan ekonomi Tiongkok, khawatir terhadap turunnya permintaan terhadap konsumen minyak terbesar kedua di dunia tersebut.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?
