Market Commentary

Saham PGEO Terbang, Gara-gara Kerja Sama dengan Afrika?

Tim Riset, CNBC Indonesia
Senin, 28/08/2023 11:02 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten yang bergerak di bidang energi baru dan terbarukan (EBT) sekaligus anak usaha dari PT Pertamina (Persero), yakni PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Senin (28/8/2023).

Per pukul 11.00 WIB, saham PGEO melonjak 8,9% ke posisi Rp 1.160/saham. Saham PGEO pada sesi I hari ini bergerak di rentang harga Rp 1.065 - Rp 1.160 per saham.

Saham PGEO sudah ditransaksikan sebanyak 4.305 kali dengan volume sebesar 47,36 juta lembar saham dan nilai transaksinya mencapai Rp 52,5 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 46,57 triliun.


Per pukul 11.00 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 1.150/saham, menjadi posisi dengan antrian beli terbanyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 80.598 lot.

Sedangkan di order offer atau jual, pada harga Rp 1.200/saham, menjadi posisi dengan antrian jual terbanyak pada sesi I hari ini yakni mencapai 35.948 lot.

Melesatnya saham PGEO terjadi di tengah kerjasama perseroan dengan dua perusahaan Afrika dan proyek perseroan yang tengah digarap.

Sebelumnya pada pekan lalu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melakukan kunjungan kerja ke beberapa negara di Benua Afrika, yaitu Kenya, Tanzania, Mozambik, dan Afrika Selatan. Dari kunjungan tersebut, ada kerja sama yang dihasilkan dengan BUMN, salah satunya melalui PT Pertamina (Persero).

Pertamina memboyong beberapa inisiasi kerja sama di bidang hulu, midstream, hilir dan panas bumi (geothermal) dengan Afrika.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menjelaskan, pihaknya telah melakukan empat penandatanganan komitmen di 4 negara Afrika. Setidaknya, beberapa proyek yang nantinya akan dikerjasamakan dengan Afrika adalah sebagai berikut.

Terdapat 2 kerja sama yang terjalin di Kenya, yakni dengan Africa Geothermal International Limited (AGIL) serta National Oil Corporation of Kenya (NOCK).

Penandatanganan dilakukan Pertamina melalui anak usaha subholding Pertamina NRE PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan anak usaha subholding Pertamina Upstream PT Pertamina Internasional Eksplorasi dan Produksi (PIEP).

Sebelum kunjungan ini berlangsung, Pertamina juga telah menandatangani MoU dengan GUMA untuk wilayah kerjasama Kenya, Afrika Selatan dan Republik Demokratik Kongo.

Komitmen itu terkait kerja sama pengembangan dan optimalisasi pipa gas, pengembangan pembangkit listrik tenaga gas, serta pengembangan fasilitas ekspor listrik ke Afrika Selatan.

Selain itu, PGEO juga tengah menyelesaikan beberapa proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), seperti PLTP di Seulawah Agam, Aceh Besar dan proyek PLTP di Hululais, Bengkulu.

PGEO pun menargetkan kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dalam lima tahun ke depan bertambah sebesar 600 Mega Watt (MW).

Direktur keuangan PGEO, Nelwin Aldriansyah mengatakan, untuk merealisasikan target tersebut perusahaan membutuhkan investasi yang cukup besar. Setidaknya, alokasi dana yang dibutuhkan hingga lima tahun ke depan yakni sebesar US$ 1,6 miliar atau sekitar Rp 24,52 triliun.

Sementara, dari kebutuhan sebesar US$ 1,6 miliar, perusahaan sendiri telah mendapatkan dana sekitar US$ 500 juta yang berasal dari Initial Public Offering (IPO).

"600 MW ini butuh investasi yang cukup besar. Kurang lebih US$ 1,6 miliar, dari US$ 1,6 miliar ini kita telah mendapatkan US$ 500 juta dari IPO dan ini akan kita gunakan untuk mengembangkan kapasitas tambahan terpasang PGE menjadi di atas 1 GW dalam 5 tahun mendatang," ujar dia kepada CNBC Indonesia, dikutip Senin (21/8/2023).

Perlu diketahui, saat ini PGEO menjadi pemain terbesar di industri geothermal Tanah Air dengan 13 wilayah kerja panas bumi (WKP) dan total kapasitas terpasang sebesar 1.877 Mega Watt (MW) yang dioperasikan, terdiri dari 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW melalui Joint Operation Contract (JOC).

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Abaikan Sejenak Isu Trump, IHSG Melenggang ke Zona Hijau