Analisis Teknikal

Menanti Inflasi RI, Akankah Rupiah Balik Menguat?

Tasya Natalia & Tasya Natalia, CNBC Indonesia
28 August 2023 08:05
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan rupiah melawan dolar Amerika Serikat (AS) masih loyo akhir-akhir ini, tetapi pekan ini akan ada rilis inflasi dalam negeri yang harapannya bisa jadi penopang.

Melansir data Refinitiv, pada perdagangan Jumat (25/8/2023) rupiah ditutup melemah 0,33% secara harian ke Rp15.290/US$, dengan begitu secara mingguan juga masih turun 0,07%.

Amblesnya pekan lalu menandai lima minggu beruntun mata uang Garuda masih tak berdaya melawan dolar AS. Selama sesi perdagangan Jumat lalu, tercatat nilai tukar rupiah sempat menembus Rp15.300/US$, tepatnya ke posisi Rp15.304/US$.

Kendati demikian, pada pekan lalu sempat terjadi penguatan berkat Bank Indonesia (BI) yang kembali menahan suku bunga di angka 5,75% sejak Januari 2023 atau delapan kali beruntun.

Namun, penguatan hanya berselang beberapa hari karena di akhir pekan lalu laju rupiah harus bertahan ke zona merah lagi akibat sikap bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) yang potensi masih lanjut hawkish.

Pernyataan potensi kebijakan ketat the Fed disampaikan lebih jelas pada pidato Chairman Jerome Powell pada pada Symposium Jackson Hole pada Jumat (25/8/2023).

Powell menyatakan The Fed "siap" menaikkan suku bunga lebih lanjut apabila "diperlukan". Pernyataan tersebut merujuk pada kesiapan bank sentral yang potensi melanjutkan kebijakan ketat guna mengendalikan inflasi capai target 2%.

"Tugas The Fed adalah menurunkan inflasi hingga mencapai target 2%, dan kami akan melakukannya. Kami telah memperketat kebijakan secara signifikan selama setahun terakhir. Meskipun inflasi telah turun dari puncaknya-suatu perkembangan yang menggembirakan-namun inflasi masih terlalu tinggi" Kata Powell lebih lanjut.

Kendati demikian, Powell juga menegaskan kembali komitmen bank sentral bisa melanjutkan kebijakan ketat, akan tetap disertai pendekatan yang hati-hati apakah pengetatan memang perlu dilakukan atau sudah harus mempertahankan suku bunga.

Dengan itu, The Fed akan menilai lebih banyak data yang masuk beserta prospek dan risiko yang berkembang sebagai bahan pertimbangan keputusan kebijakan September mendatang.

Pekan ini, sentimen penggerak utama akan datang dari rilis data tingkat inflasi tahunan Indonesia pada hari Jumat (1/9/2023). Indeks harga konsumen (IHK) Agustus diperkirakan konsensus Trading Economics meningkat secara tahunan menjadi 3,37% dari bulan Juli di 3,08%.

Inflasi Indonesia yang memuncak pada September 2022 yang hampir menyentuh 6% menunjukkan adanya tren penurunan hingga bulan Juli 2023. Penurunan beruntun juga sudah terlihat sejak Februari 2023.

Inflasi yang terkendali akan menjadi sentimen Bank Sentral Indonesia (BI) kembali menahan suku bunga, terutama jika Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) juga tidak menaikkan suku bunganya.

Suku bunga tinggi yang ditetapkan BI berhasil mengendalikan laju kenaikan harga. Sebagai informasi, BI telah menetapkan kebijakan suku bunga tinggi sejak awal tahun berada di 5,75%.

Dampak kebijakan tersebut sontak tercermin dari inflasi Indonesia yang juga turun. Walau begitu, Indonesia mampu bertahan dari goncangan perlambatan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal-II 2023 berada di 5,17%

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis wakru satu per jam, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih cenderung sideways tetapi posisinya lebih mendekati support terdekat di Rp15.270/US$. Posisi support tersebut menjadi target penguatan terdekat mata uang Garuda yang diambil dari garis rata-rata selama 200 jam atau moving average (MA200) 

Kendati begitu, karena tren masih sideways atau stagnan maka potensi berbalik arah melemah juga masih memungkinkan. Bisa cermati posisi resistance terdekat di level psikologis Rp15.300 sebagai target pelemahan terdekat. Jika level ini tertembus, pelemahan ke Rp15.315/US$ juga semakin memungkinkan pasalnya posisi ini kerap diuji pada high candle 23 - 24 Agustus 2023 lalu. 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Amerika - China Masih Panas, Kemana Arah Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular