
7 Saham Big Cap Ini Bikin IHSG Gagal Bertahan Di Zona Hijau

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah pada perdagangan Kamis (24/8/2023), meski Bank Indonesia (BI) kembali mempertahankan suku bunga acuannya pada hari ini.
IHSG ditutup melemah 0,32% ke posisi 6.899,392. IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.800 pada perdagangan hari ini.
Beberapa sektor menjadi pemberat IHSG pada hari ini, yakni sektor infrastruktur yang mencapai 1,97%, sektor energi sebesar 1,26%, dan sektor teknologi sebesar 0,8%.
Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank Central Asia | BBCA | -6,71 | 9.200 | -1,08% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | -5,43 | 5.550 | -0,89% |
United Tractors | UNTR | -4,64 | 26.700 | -4,22% |
Astra International | ASII | -3,59 | 6.475 | -1,15% |
Telkom Indonesia | TLKM | -2,45 | 3.720 | -0,53% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,17 | 85 | -1,16% |
Sumber Alfaria Trijaya | AMRT | -1,98 | 2.890 | -1,37% |
Sumber: Refinitiv
Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi pemberat IHSG terbesar pada hari ini, yakni mencapai 6,7 indeks poin.
IHSG ditutup melemah setelah pada perdagangan sesi I hari ini bergerak cukup volatil. Selain itu, IHSG melemah setelah selama tiga hari beruntun mengalami penguatan.
IHSG terkoreksi setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5,75%. Hal ini sesuai dengan konsensus CNBC Indonesia yang memproyeksikan BI akan menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Sementara untuk suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00% dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
"Keputusan mempertahankan BI Rate ini konsisten dengan stand kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali di 3% plus minus 1% dan 2% plus minus 1% pada 2024," ungkap Gubernur BI Perry Warjiyo, Kamis (24/8/2023).
Perry menegaskan fokus kebijakan moneter BI akan diarahkan pada penguatan stabilisasi nilai tukar rupiah untuk memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Selain itu, tekanan dari eksternal masih terjadi mengingat pada akhir pekan ini akan ada Simposium Jackson Hole di Wyoming, tempat para gubernur bank sentral terkemuka akan berkumpul untuk simposium tahunan bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed) tersebut.
Semua perhatian akan tertuju pada Ketua The Fed, Jerome Powell, yang pidatonya akan sangat ditunggu-tunggu.
Powell akan memberikan pandangan terbarunya tentang apakah diperlukan lebih banyak pengetatan kebijakan untuk menurunkan inflasi di tengah pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, atau mulai mempertimbangkan untuk mempertahankan suku bunga.
Pidato Powell akan dinanti-nanti karena secara historis memiliki efek kejut yang besar untuk pasar global mengingat pada pekan lalu. Potensi sikap hawkish masih cukup kental terasa untuk risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) bulan depan (September 2023).
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban
