MARKET COMMENTARY

Saham Garuda Indonesia (GIAA) ARA 2 Hari Beruntun

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Kamis, 24/08/2023 10:24 WIB
Foto: Pesawat Boeing 737-800 NG milik Garuda Indonesia tiba di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. (Dok Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten maskapai BUMN yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terpantau kembali melesat dan sudah menyentuh auto reject atas (ARA) pada perdagangan sesi I Kamis (24/8/2023).

Per pukul 10:09 WIB, saham GIAA terbang 10% ke posisi harga Rp 88/saham. Bahkan, saham GIAA sudah menyentuh ARA.

Saham GIAA sudah ditransaksikan sebanyak 2.054 kali dengan volume sebesar 155,89 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 13,62 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 8,05 triliun.


Hingga pukul 10:09 WIB, di order bid atau beli, pada harga Rp 88/saham atau batas atasnya pada sesi I hari ini, ada antrian beli mencapai 1,3 juta lot atau sekitar Rp 11,5 miliar.

Sedangkan di order offer atau jual, belum ada antrian yang tertera kembali, menandakan bahwa saham GIAA sudah menyentuh ARA. Dengan ini, maka saham GIAA sudah menyentuh ARA selama dua hari beruntun.

Melesatnya saham GIAA masih terkait rencana merger antara Garuda Indonesia dengan anak usahanya yakni Citilink dan perusahaan maskapai Pertamina yakni Pelita Air.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana melebur maskapai pelat merah Garuda grup, Citilink, dan Pelita Air. Nantinya, program efisiensi klaster maskapai tersebut akan seperti Pelindo.

Menurutnya, langkah tersebut dilakukan untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia sehingga semakin meringankan dunia bisnis. Saat ini, kata Erick, terdapat tiga BUMN yang bergerak dibidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air.

Menurutnya, Garuda Indonesia, telah diselamatkan setelah nyaris dibubarkan. Garuda pada akhirnya dipertahankan karena Indonesia perlu tetap memiliki flag carrier.

Garuda diselamatkan melalui rangkaian restrukturisasi paling rumit dalam sejarah penyelamatan korporasi Indonesia. Saat Garuda Indonesia diperjuangkan, Erick menjelaskan, di waktu yang sama telah dipersiapkan Pelita Air.

"Dengan tujuan agar Indonesia tetap memiliki flag carrier nasional jika Garuda gagal diselamatkan," ujar Erick di Tokyo, Jepang, melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (23/8/2023).

Manajemen GIAA sendiri pun buka suara terkait rencana merger bisnis Garuda Indonesia Group bersama dengan Pelita Air. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini perseroan sedang melakukan diskusi terkait aksi korporasi tersebut.

"Dengan ini dapat kami sampaikan bahwa hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima oleh CNBC Indonesia, Senin (22/8/2023).

Irfan mengungkapkan, Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent.

"Adapun mengenai rencana pengembangan sendiri masih dalam tahap awal di mana kami tengah mengeksplorasi secara mendalam atas berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan untuk bersama-sama dapat mengoptimalkan aspek profitabilitas kinerja yang sekaligus memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di Indonesia guna membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat," jelasnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: DPR Minta Minimum Free Float Saham Emiten Jadi 30%