
Harga Saham Emiten Batu Bara Masih Hot, Ternyata Karena Ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara terpantau menguat pada perdagangan sesi I Rabu (23/8/2023), di tengah masih cerahnya harga batu bara acuan dunia hingga perdagangan Selasa kemarin.
Per pukul 10:58 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 13 saham terpantau menguat, dua saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni lima saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Delta Dunia Makmur | DOID | 416 | 5,58% |
Bukit Asam | PTBA | 3.050 | 2,01% |
MNC Energy Investment | IATA | 61 | 1,67% |
United Tractors | UNTR | 28.050 | 1,63% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.740 | 1,48% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 29.825 | 1,45% |
Bumi Resources | BUMI | 145 | 1,40% |
Harum Energy | HRUM | 1.655 | 0,91% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 1.150 | 0,88% |
Bayan Resources | BYAN | 18.725 | 0,81% |
TBS Energi Utama | TOBA | 356 | 0,56% |
ABM Investama | ABMM | 4.080 | 0,25% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.540 | 0,22% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 5.650 | 0,00% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 50 | 0,00% |
Indika Energy | INDY | 2.120 | -0,47% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.990 | -0,99% |
Atlas Resources | ARII | 314 | -1,88% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.180 | -2,48% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 67 | -5,63% |
Sumber: RTI
Saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) memimpin penguatan saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni melonjak 5,58% ke posisi Rp 416/saham.
Selain itu, saham raksasa batu bara juga terpantau menghijau pada hari ini. Namun sayangnya, saham PT Indika Energy Tbk (INDY) terpantau terkoreksi 0,47% menjadi Rp 2.120/saham.
Menguatnya mayoritas saham batu bara terjadi di tengah masih cerahnya harga batu bara acuan dunia hingga perdagangan Selasa kemarin.
Harga batu bara terus membara, bahkan terus menguat selama 12 hari perdagangan beruntun, terbanyak sejak 13 tahun yang lalu atau Desember 2009. Harga batu bara juga kembali menembus level psikologis US$ 160 atau tertinggi sejak 5 Mei 2023.
Berdasarkan data dari Refinitiv, harga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup melesat 1,7% di posisi US$ 164,75 per ton pada perdagangan Selasa kemarin.
Penguatan kemarin menjadi catatan luar biasa karena menjadi rekor tersendiri, sekaligus memperpanjang rekor kenaikan harga batu bara selama 12 hari beruntun.
Rekor ini terakhir kali tercipta pada akhir Desember 2009. Pada saat batu bara melambung luar biasa pada 2022 lalu pun, harga batu bara tidak mampu mencetak penguatan selama 12 hari. Penguatan terlama sebelumnya berlangsung sepuluh hari beruntun.
Melesatnya harga terjadi seiring dengan permintaan global terutama di Asia yang diperkirakan melampaui rekor sebelumnya. Selain itu, adanya kekeringan di terusan Panama menyebabkan gangguan rute pengiriman batu bara AS dengan tujuan pasar global.
Tingginya impor China dari Australia yang tertinggi dalam tiga tahun, kemungkinan permintaan India yang kembali membaik, dan potensi pemogokan serikat kerja gas alam cair (LNG/Liquified Natural Gas) di Australia turut menjadi faktor penguatan harga batu bara.
Lonjakan harga batu bara dipicu masih tingginya permintaan. Menurut Badan Energi Internasional (IEA) produksi, konsumsi, dan volume batu bara global semuanya tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023.
Kendati negara barat seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa mulai menunjukkan perlambatan ekonomi, negara-negara Asia, khususnya China, malah mencatatkan kebutuhan batu bara yang semakin tinggi, sehingga akan ada potensi harga semakin menguat.
Hal ini menjadi peluang AS untuk meningkatkan pengirimannya ke China, namun kekeringan di Panama menyebabkan penundaan dan pengubahan rute pengiriman sehingga berdampak pada tarif pengangkutan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat