Market Commentary

Mau Merger dengan Citilink-Pelita Air, Saham GIAA Terbang

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
23 August 2023 10:40
Pesawat CRJ-1000 Garuda Indonesia (Dok: Garuda Indonesia)
Foto: Pesawat CRJ-1000 Garuda Indonesia (Dok: Garuda Indonesia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten maskapai BUMN yakni PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) terpantau melesat pada perdagangan sesi I Rabu (23/8/2023), di tengah rencana merger Garuda Indonesia dengan maskapai lain yakni Citilink dan Pelita Air.

Per pukul 09:48 WIB, saham GIAA terpantau melejit 9,59% ke posisi harga Rp 80/saham. Saham GIAA pun nyaris menyentuh auto reject atas (ARA) pada perdagangan sesi I hari ini.

Saham GIAA sudah ditransaksikan sebanyak 9.189 kali dengan volume sebesar 653,85 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 51,22 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 7,32 triliun.

Hingga pukul 09:48 WIB, di order bid atau beli, antrian pada harga Rp 76/saham menjadi yang paling banyak pada sesi I hari ini, yakni mencapai 384.931 lot atau sekitar Rp 2,9 miliar

Sedangkan di order offer atau jual, antrian di harga Rp 80/saham atau batas atasnya pada hari ini mencapai 304.811 lot atau sekitar Rp 2,4 miliar.

Melesatnya saham GIAA terjadi setelah adanya rencana merger antara Garuda Indonesia dengan anak usahanya yakni Citilink dan perusahaan maskapai Pertamina yakni Pelita Air.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana melebur maskapai pelat merah Garuda grup, Citilink, dan Pelita Air. Nantinya, program efisiensi klaster maskapai tersebut akan seperti Pelindo.

Menurutnya, langkah tersebut dilakukan untuk menurunkan biaya logistik di Indonesia sehingga semakin meringankan dunia bisnis. Saat ini, kata Erick, terdapat tiga BUMN yang bergerak dibidang penerbangan, yaitu Garuda Indonesia, Citilink, dan Pelita Air.

Menurutnya, Garuda Indonesia, telah diselamatkan setelah nyaris dibubarkan. Garuda pada akhirnya dipertahankan karena Indonesia perlu tetap memiliki flag carrier.

Garuda diselamatkan melalui rangkaian restrukturisasi paling rumit dalam sejarah penyelamatan korporasi Indonesia. Saat Garuda Indonesia diperjuangkan, Erick menjelaskan, di waktu yang sama telah dipersiapkan Pelita Air.

"Dengan tujuan agar Indonesia tetap memiliki flag carrier nasional jika Garuda gagal diselamatkan," ujar Erick di Tokyo, Jepang, melalui keterangan tertulis, dikutip Rabu (23/8/2023).

Manajemen GIAA sendiri pun buka suara terkait rencana merger bisnis Garuda Indonesia Group bersama dengan Pelita Air. Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, saat ini perseroan sedang melakukan diskusi terkait aksi korporasi tersebut.

"Dengan ini dapat kami sampaikan bahwa hingga saat ini proses diskusi terkait langkah penjajakan aksi korporasi tersebut masih terus berlangsung intensif," ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima oleh CNBC Indonesia, Senin (22/8/2023).

Irfan mengungkapkan, Garuda Indonesia Group tentunya akan mendukung dan memandang positif upaya wacana merger tersebut yang tentunya akan dilandasi dengan kajian outlook bisnis yang prudent.

"Adapun mengenai rencana pengembangan sendiri masih dalam tahap awal di mana kami tengah mengeksplorasi secara mendalam atas berbagai peluang sinergi bisnis yang dapat dihadirkan untuk bersama-sama dapat mengoptimalkan aspek profitabilitas kinerja yang sekaligus memperkuat ekosistem bisnis industri transportasi udara di Indonesia guna membawa manfaat berkelanjutan bagi masyarakat," jelasnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Garuda Indonesia (GIAA) ARA 2 Hari Beruntun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular