IHSG Butuh 'Obat Kuat' Untuk Tembus Level Ini
Jakarta, CNBC Indonesia - IHSG ditutup naik tipis pada perdagangan Senin (21/8), seiring sikap investor yang cenderung wait and see menunggu rilis data ekonomi dan agenda penting di global dan dalam negeri pada pekan ini.
IHSG ditutup menguat tipis 0,09% ke posisi 6.866,03. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 pada perdagangan Senin.
Investor asing melakukan pembelian bersih (net buy) Rp219,42 miliar di pasar reguler.
Secara sektoral, sektor energi dan infrastruktur menjadi penopang IHSG pada sesi I. Sektor energi menopang IHSG sebesar 3,03%, sedangkan sektor infrastruktur sebesar 1,39%.
Selain itu, beberapa saham juga turut menjadi penopang IHSG pada akhir perdagangan Senin.
Saham raksasa batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI), yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi penopang terbesar IHSG, yakni mencapai 13,2 indeks poin.
IHSG kembali menguat, meski tipis-tipis setelah pada akhir pekan lalu ditutup di zona merah. Namun sejatinya, pelaku pasar di dalam negeri cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda penting di dalam negeri.
Pada Selasa, Bank Indonesia (BI) akan merilis laporan neraca pembayaran triwulan II 2023. Selain itu, akan dirilis pula data transaksi berjalan RI yang diproyeksikan akan mencatatkan surplus US$ 1,5 miliar, lebih kecil dibandingkan US$ 3 miliar pada periode sebelumnya.
Pada Kamis pekan ini, akan ada dua data penting, yakni indeks harga properti dan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, termasuk suku bunga acuan.
Ekonom yang disurvei Reuters meramal, BI akan tetap kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75% pada rapat mendatang.
Dari eksternal, pelaku pasar di dalam negeri dan global menanti Simposium Ekonomi Jackson Hole di Wyoming selama tiga hari, yang diselenggarakan setiap tahun oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) wilayah Kansas City sejak 1981.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada Senin, IHSG membentuk candle inverted hammer dan masih belum kembali menembus ke atas area penting, yakni level 6.880 (Fibonacci 78,6%). IHSG sejauh ini masih sideways sejak awal Agustus lalu.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik tipis ke 50,91.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD di bawah garis sinyal dengan kecenderungan mulai melebar.
Hari ini, IHSG berpeluang bergerak mixed dan menguji resistance terdekat di 6.880 (Fibo 78,6%). Sedangkan, support terdekat di 6.855 dan level 6.807 (Fibo 61.8%).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(trp/trp)