Siaga! Sederet BUMN Bisa Jadi Korban Kekacauan Dunia di 2024
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memperkirakan kinerja BUMN juga akan menjadi faktor yang mempengaruhi proyeksi APBN 2024. Beberapa risiko yang berpotensi mempengaruhi kinerja keuangan BUMN tahun 2024 antara lain, pelemahan aktivitas ekonomi di Tiongkok, AS, dan Eropa, peningkatan tensi geopolitik, inflasi global yang persisten, dan berlanjutnya penguatan dolar AS.
"Faktor risiko tersebut dapat mengubah eksposur terhadap APBN dari BUMN yang sebelumnya sudah diperhitungkan saat penyusunan APBN," seperti dikutip dari Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN TA 2024 pada Senin, (21/8/2023).
Pemerintah menyatakan pengaruh itu terdapat pada pendapatan negara yang bersumber dari BUMN, antara lain penerimaan pajak dan dividen, belanja negara seperti subsidi, dan pembiayaan anggaran antara lain PMN dan pinjaman kepada BUMN.
Pemerintah menyebut beberapa variabel yang dianggap akan berpengaruh signifikan terhadap penerimaan yang bersumber dari BUMN adalah harga minyak bumi, valuta asing, dan PDB. Hal tersebut disebabkan besarnya penurunan kontribusi penerimaan negara yang bersumber dari BUMN sektor energi dan transportasi dipengaruhi kenaikan harga minyak.
Selain itu, kenaikan harga minyak juga menyebabkan kenaikan subsidi yang diberikan Pemerintah kepada BUMN. Dalam model macro stress test ini, subsidi menjadi pengurang kontribusi penerimaan negara. Kenaikan harga minyak tersebut berdampak pada kenaikan biaya operasi beberapa BUMN seperti PT PLN (Persero), PT KAI (Persero), dan PT Garuda Indonesia (Persero) yang menyebabkan penurunan laba bersih operasi dan besaran kontribusi pajak yang disetorkan ke Pemerintah.
Sementara itu, fluktuasi pendapatan BUMN sektor keuangan sebagai salah satu kontributor utama penerimaan perpajakan dan PNBP dipengaruhi oleh empat variabel utama yaitu inflasi, suku bunga, valas, dan PDB. "Kenaikan inflasi, suku bunga, dan valas akan meningkatkan margin pendapatan perbankan," seperti dikutip dari Buku II.
Sebaliknya, penurunan PDB akan mengurangi margin pendapatan perbankan. Keempat variabel tersebut juga berpengaruh terhadap nilai aset dan utang bersih BUMN sektor keuangan.
Adapun kenaikan tingkat inflasi diprediksi akan menyebabkan penurunan pendapatan BUMN sektor karya, sedangkan kenaikan suku bunga dan penurunan PDB akan menyebabkan kenaikan pendapatan BUMN tersebut. Besarnya porsi penugasan pemerintah kepada BUMN sektor karya, dianggap menjadi faktor utama penurunan pendapatan tersebut.
"Ketiga variabel tersebut juga memiliki dominasi atas pengaruh perubahan nilai aset dan utang bersih pada BUMN karya dibandingkan dengan variabel lain yang diukur," seperti dikutip dari Buku II.
(mij/mij)