Market Commentary

IHSG Lagi-Lagi Loyo, 8 Saham Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 18/08/2023 10:27 WIB
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melemah pada perdagangan sesi I Jumat (18/8/2023), setelah kemarin libur dalam rangka Hari Ulang Tahun Indonesia atau Hari Kemerdekaan Indonesia.

Per pukul 09:51 WIB, IHSG melemah 0,36% ke posisi 6.875,63. IHSG masih berada di level psikologis 6.800 pada perdagangan sesi I hari ini.

Secara sektoral, sektor teknologi menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 0,81%.


Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Telkom IndonesiaTLKM-6,203.770-1,57%
Bank MandiriBMRI-4,805.725-1,29%
Astra InternationalASII-4,756.625-1,85%
Bayan ResourcesBYAN-2,5617.700-0,28%
GoTo Gojek TokopediaGOTO-2,1992-1,08%
Bank Negara IndonesiaBBNI-1,939.000-1,10%
United TractorsUNTR-1,6827.125-1,36%
Merdeka Copper GoldMDKA-1,193.150-0,94%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 6,2 indeks poin.

IHSG terpantau kembali melemah, setelah kemarin libur dalam rangka Hari Ulang Tahun Indonesia atau Hari Kemerdekaan Indonesia. Koreksi IHSG sejalan dengan pergerakan bursa saham global yang juga melemah.

Memburuknya sentimen pasar menjadi penyebab pasar saham global kembali merana. Sentimen kembali memburuk setelah dirilisnya data tenaga kerja AS dan risalah bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) terkait arah kebijakan moneter berikutnya.

Departemen Tenaga Kerja menunjukkan penurunan klaim pengangguran minggu lalu, menandakan pasar tenaga kerja tetap ketat.

Jumlah pekerja yang mengajukan klaim pengangguran pada pekan yang berakhir pada 12 Juli 2023 sebanyak 239 ribu atau turun 11.000 dari pekan sebelumnya yakni 250.000.

Kelemahan pasar saham dalam beberapa hari terakhir juga disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi AS yang kuat yang menunjukkan bahwa The Fed kemungkinan akan menerapkan tingkat suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Risalah dari pertemuan The Fed Juli yang dirilis pada Rabu juga menunjukkan sebagian besar pembuat kebijakan memprioritaskan pertempuran melawan inflasi. Hal ini semakin menjauhkan ekspektasi pasar mengenai pemangkasan suku bunga.

"Dengan inflasi yang masih jauh di atas tujuan jangka panjang Komite dan pasar tenaga kerja tetap ketat, sebagian besar peserta terus melihat risiko kenaikan yang signifikan terhadap inflasi dan tetap memerlukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," ungkap risalah dalam pertemuan FOMC.

Hal tersebut semakin menambah ketidakpastian di pasar, pasalnya The Fed melawan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Oleh sebab itu, sikap The Fed tersebut di proyeksi pasar masih bisa ketat lagi untuk pertemuan selanjutnya di sisa akhir tahun ini.

Berdasarkan perangkat CME Fedwatch, setelah risalah diumumkan, sebanyak 87,5% pasar bertaruh The Fed akan mempertahankan suku bunga, sedangkan sisanya yakni 12,5% memperkirakan adanya kenaikan pada pertemuan September mendatang.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat