Harga Batu Bara Masih Bergairah, Sahamnya Kembali Sumringah
Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas emiten batu bara terpantau menguat pada perdagangan sesi I Selasa (15/8/2023), di tengah masih positifnya harga batu bara acuan dunia.
Hingga pukul 12:00 WIB, dari 20 saham batu bara RI, hanya dua saham yang terkoreksi dan satu saham yang cenderung stagnan.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Atlas Resources | ARII | 280 | 21,74% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.125 | 7,14% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.470 | 3,35% |
MNC Energy Investment | IATA | 60 | 1,69% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 394 | 1,55% |
Indika Energy | INDY | 2.010 | 1,52% |
Bumi Resources | BUMI | 139 | 1,46% |
Bayan Resources | BYAN | 17.825 | 1,42% |
TBS Energi Utama | TOBA | 356 | 1,14% |
ABM Investama | ABMM | 4.140 | 0,98% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.820 | 0,79% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 28.275 | 0,71% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 5.400 | 0,47% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 4.540 | 0,44% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 1.145 | 0,44% |
Bukit Asam | PTBA | 2.790 | 0,36% |
Harum Energy | HRUM | 1.575 | 0,32% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 50 | 0,00% |
United Tractors | UNTR | 27.350 | -0,36% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 58 | -1,69% |
Sumber: RTI
Saham PT Atlas Resources Tbk (ARII) memimpin penguatan saham-saham batu bara RI pada hari ini, yakni meroket 21,74% ke posisi Rp 280/saham. Bahkan, saham ARII nyaris menyentuh auto reject atas (ARA).
Selain itu, saham raksasa batu bara juga terpantau menghijau pada hari ini. Hanya saham PT United Tractors Tbk (UNTR) yang terpantau melemah yakni 0,36% menjadi Rp 27.350/saham.
Bergairah saham-saham batu bara pada sesi I hari ini terjadi di tengah masih positifnya harga batu bara dunia, di mana Harga batu bara sudah enam hari beruntun mengalami penguatan.
Merujuk pada Refinitiv, arga batu bara ICE Newcastle kontrak September ditutup melesat 1,32% di posisi US$ 153,50 per ton. Posisi penutupan kemarin adalah yang tertinggi sejak 3 Juli 2023 atau dalam sebulan lebih. Sejak awal Agustus, harga batu bara telah melesat 10,5% dari US$ 138,85.
Sentimen utama pasar batu bara global datang dari aktivitas perdagangan di pasar batubara termal Asia yang diperkirakan akan kembali melemah minggu ini. Pasar diproyeksi akan cenderung wait and see karena pembeli sedang menunggu kabar positif yang lebih kuat.
Sementara itu, perusahaan tambang Indonesia sebagai eksportir batu bara terbesar, harus rela menambah ongkos dengan biaya produksi yang tinggi dan royalti yang tinggi. Hal ini diperkirakan menjadi faktor penambang dalam negeri menahan diri dari perdagangan di pasar spot.
Indonesia merupakan negara pemasok utama batu bara global sehingga perkembangan di Indonesia akan berpengaruh terhadap pergerakan harga. Saat tambang menahan perdagangan di pasar spot, artinya sisi persediaan mengalami keterbatasan. Dengan demikian, faktor tersebut diharapkan bisa mendongkrak harga batu bara.
Ketersediaan kargo spot di wilayah Kalimantan bagian tengah dan timur juga mengalami tekanan karena rendahnya permukaan air mengganggu laju tongkang. Hal ini menyebabkan penundaan pemuatan kargo. Faktor ini bisa membuat pasokan terganggu sehingga harga batu bara terus meningkat.
Namun, kenaikan harga batu bara tidak terjadi pada batu bara dengan kalori rendah atau yang tergolong dalam ICI 2-4. Ketiga indeks batu bara ini terpantau berada di bawah US$90 per ton, tepatnya berada di US$87,02 per ton, US$ 71,53 dan US$ 51,09.
Bahkan, harga batubara kalori rendah (3400 GAR) turun menjadi US$ 31,27 per ton, Melansir Coal Mint. Pelemahan disinyalir akibat pasar Asia yang dipimpin oleh China mengalami pelemahan permintaan listrik dan aktivitas industri yang mengalami penurunan.
Berakhirnya musim panas Cina membuat permintaan listrik di negara itu melemah. Selain itu, harapan bahwa topan akan meningkatkan harga batu bara domestik belum terwujud.
Dari sisi persediaan, batu bara di pabrik-pabrik China memiliki pasokan cukup tinggi. Semula mereka menimbun pasokan karena ada kekhawatiran pasokan yang timbul akibat angin topan.
Dengan pasokan yang menumpuk Negeri Tirai Bambu diperkirakan akan membukukan permintaan yang lebih lemah pada September-Oktober. Melemahnya permintaan juga seiring meredanya permintaan listrik setelah akhir musim panas.
Beralih ke pasar India, permintaan terpantau juga mengalami penurunan di tengah penurunan posisi cadangan batu bara. Hal ini diperkirakan India akan beralih ke pasar spot untuk memesan kargo pemuatan September dan Oktober.
Dari Eropa, kenaikan harga gas sempat terjadi beberapa hari lalu sebagai akibat adanya pemogokan pekerja gas cair (Liquified Natural Gas/LNG) Australia. Harga gas alam Eropa EU Dutch TTF (EUR) harus kembali terkoreksi, setelah lonjakan tinggi beberapa hari sebelumnya. Harga gas terkoreksi 2,45% ke 34,43 euro per mega-watt hour (MWh).
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)