Rupiah Makin Ambruk, Dolar Kian Dekati Rp 15.400

rev, CNBC Indonesia
Selasa, 15/08/2023 09:32 WIB
Foto: Petugas menghitung uang di tempat penukaran uang Luxury Valuta Perkasa, Blok M, Jakarta, Kamis, 21/7. Rupiah tertekan pada perdagangan Kamis (21/7/2022) (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah proyeksi masih hawkishnya Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dan melemahnya ekonomi China.

Merujuk dari Refinitiv, rupiah dibuka melemah 0,16% terhadap dolar AS di angka Rp15.335/US$1 bahkan sempat melemah hingga Rp15.355/US$1. 
Posisi ini merupakan yang terlemah sejak 20 Maret 2023 atau hampir lima bulan terakhir. Rupiah bahkan kini mendekati level Rp 15.400/US$1


Pelemahan rupiah masih didominasi oleh sentimen dari AS, terutama setelah rilis data inflasi serta ekonomi China yang masih mengalami perlambatan ekonomi.

Inflasi As meningkat menjadi 3,2% (year on year/yoy) pada Juli2023, dari 3,0% (yoy) pada Juni. Hal ini membuat pelaku pasar khawatir jika The Fed masih akan hawkish ke depan.
Pasar memperkirakan The Fed akan 
menaikkan suku bunganya sebesar 25 basis points (bps) pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada September 2023 karena inflasi AS yang mengalami kenaikan. 

Potensi masih adanya kenaikan membuat dolar AS terbang. Indeks dolar melesat ke 103,19 pada perdagangan kemarin, posisi terkuatnya sejak 5 Juli 2023.
Kenaikan indeks dolar ini juga menandai banyaknya investor yang mencari mata uang Greenback yang membuat mata uang negara lain, termasuk rupiah, tertekan.

Kemana arah kebijakan The Fed diharapkan terjawab di risalah FOMC Juli yang akan keluar Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

Selain dari AS, rupiah juga terpuruk karena perkembangan di China. Perekonomian China mengalami perlambatan belakangan ini. Hal ini terlihat dari Indeks Harga Konsumen (CPI) secara tahunan yang mengalami deflasi 0,3% (yoy) pada Juli 2023.

Hal ini semakin diperparah dengan rilis data produksi industri dan penjualan retail secara tahunan pagi ini yang berada di bawah periode sebelumnya.

Produksi industri China tumbuht 3,7% (yoy) pada Juli 2023, melambat dari 4,4% pada Juni dan di bawah perkiraan 4,4%.

Sedangkan penjualan retail China tumbuh 2,5% (yoy) pada Juli 2023, melambat dari pertumbuhan 3,1% di bulan sebelumnya. Ini adalah bulan ketujuh berturut-turut peningkatan perdagangan eceran tetapi yang paling lemah dalam urutannya.

Pelemahan rupiah ini pun dipertegas oleh Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI), Edi Susianto menjelaskan rupiah melemah karena tekanan sentimen global. Termasuk di dalamnya adalah proyeksi masih hawkishnya The Fed dan ekonomi Tiongkok.

Proyeksi masih hawkishnya The Fed membuat investor asing meninggalkan pasar keuangan dalam negeri, termasuk dengan menjual rupiah.

Bank Indonesia (BI) mencatatkan investor asing mencatat net sell sebesar Rp 14,59 triliun pada periode 7-10 Agustus 2023. BI mencatat masih terjadi net buy di pasar Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 1,45 triliun tetapi terjadi net sell di pasar saham sebesar Rp 16,04 triliun.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS