Dolar Tembus Rp15.300 Sudah Diramal Anak Buah Sri Mulyani

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
Selasa, 15/08/2023 07:47 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi pada saat ini ternyata sudah diperkirakan oleh tim Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Begitu juga dengan dampak dan termasuk antisipasi.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, dikutip Selasa (15/8/2023). 


Pelemahan masih tercakup ke dalam skenario yang diperhitungkan pemerintah. Oleh sebab itu, ia memastikan, pelemahan itu tak akan berdampaknya banyak ke beban belanja, pembiayaan, ataupun penerimaan negara.

"Nah ini sudah kita siapkan dan untuk 2023 ini juga sebenarnya sudah cukup forward looking jadi kita akan bisa tetap jaga," ungkapnya.

Nilai tukar rupiah ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah penantian investor menunggu banyaknya rilis data ekonomi pekan ini.

Merujuk pada Refinitiv, rupiah berada di posisi Rp 15.337/US$1. Mata uang Garuda melemah 0,83% terhadap dolar AS. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 23 Maret 2023 atau empat bulan lebih.

Pelemahan rupiah yang mencapai 0,83% pada pagi hari ini juga menjadi yang terdalam sejak 6 Februari 2023 atau enam bulan terakhir. Pada saat itu rupiah jeblok 1,06%.

Menurut Febrio, tekanan pelemahan tersebut juga tidak akan membuat beban subsidi kembali membengkak. Terutama karena rata-rata pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini masih akan berada di kisaran Rp 15.100 per dolar AS.

"Rata-ratanya sekarang masih di Rp 15.100 dan sampai akhir tahun ini masih bisa kita jaga," tuturnya.

"Untuk gejolak ini kan sebetulnya sudah kita antisipasi mulai dari apa yang terjadi di suku bunga kebijakan The Fed, itu semua sudah kita antisipasi, jadi ini merupakan gejolak yang tetap bisa kita kendalikan," tegas Febrio.

Ia juga memastikan, tekanan pelemahan nilai tukar rupiah ini juga tak akan membuat defisit APBN kembali membengkak. Menurutnya, APBN masih bisa dijaga di level 2,28% hingga akhir 2023 dari target tahun ini sebesar 2,8%.

"Outlook di akhir tahun 2,28%. Itu sudah kita lakukan dengan sangat konservatif sehingga artinya kita siap dengan skenario-skenario dan ini sesuatu yang sudah kita antisipasi," ucap Febrio.


(mij/mij)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Belum Menguat Seperti Mata Uang Lain, Ini Kata Ekonom