
Sedih! Rupiah Makin Loyo, Dolar AS Sentuh Rp15.300

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca inflasi AS dari konsumer dan produsen mengalami kenaikan dan terjadinya capital outflow dari pasar keuangan Indonesia pekan lalu.
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah dibuka melemah 0,42% terhadap dolar AS di angka Rp15.275/US$1 bahkan sempat melemah hingga Rp15.300/US$1. Hal ini kembali melanjutkan tren pelemahan yang sebelumnya ditutup melemah 0,20% ke angka RpRp15.210/US$1.
Mayoritas sentimen dari luar negeri mewarnai pergerakan Rupiah pada pekan ini.
Salah satunya yakni datang dari AS yang akan mengumumkan risalah oleh Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) pada Kamis dini hari waktu Indonesia (17/8/2023). Risalah ini ditunggu pasar karena akan memberikan gambaran lebih jauh terkait keputusan the Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) di sisa tahun ini terutama pada potensi kenaikan suku bunga.
Sedangkan dari kawasan Asia, Jepang diketahui akan merilis proyeksi data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 yang diperkirakan melaju cepat di atas 3%, hal ini tercermin dari tingginya permintaan dan inflasi negara tersebut.
Selain itu, Negeri Sakura juga bakal mengumumkan data perdagangan periode Juli 2023, sebagai gambaran impor Jepang pada Juni terkontraksi 12,9% (year on year/yoy), sementara ekspor masih tumbuh 1,5% (yoy).
Patut diwaspadai apabila data impor Jepang terkontraksi lagi, pasalnya Negeri Sakura merupakan tujuan ekspor terbesar kedua untuk Indonesia. Impor yang terkontraksi menandai permintaan Jepang untuk barang dari luar negeri turun.
Data ekonomi China perihal produksi industri, penjualan ritel, dan angka pengangguran untuk Juli menjadi sorotan pelaku pasar.
Penjualan ritel China tumbuh 3,1% (yoy) pada Juni dan diharapkan naik di atas 4,5% pada Juli. Jika penjualan ritel melemah atau di bawah ekspektasi pasar maka hal itu akan meningkatkan kekhawatiran dunia terhadap ekonomi China setelah Tiongkok mengumumkan deflasi pada Juli, pekan lalu.
Hal ini menjadi penting mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia sehingga jika pelemahan ekonomi China terjadi, maka akan berdampak besar bagi Indonesia.
Dari dalam negeri, surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 tercatat US$ 3.45 miliar. Nilai ekspor Indonesia periode Juni 2023 mencapai US$20,61 miliar atau turun 5,08% dibanding ekspor Mei 2023. Kemudian jika dibandingkan dengan periode Juni 2022 nilai ekspor turun sebesar 21,18%. Sementara nilai impor RI periode Juni 2023 mencapai US$17,15 miliar, turun 19,40% dibandingkan Mei 2023 atau turun 18,35% dibandingkan Juni 2022.
Sedangkan dari Bank Indonesia (BI) pekan lalu mengumumkan kabar buruk yakni berdasarkan data transaksi 7-10 Agustus 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik jual neto Rp14,59 triliun terdiri dari beli neto Rp1,45 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp16,04 triliun di pasar saham.
Agenda penting datang pada Rabu (16/8/2023) oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang akan menggelar event tahunan Sidang Bersama. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan menyampaikan Pidato Kenegaraan pada pagi hari dan Pidato Pengantar/Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-undang (RUU) Tentang Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024 dan Nota Keuangan pada siang harinya
RAPBN 2024 menjadi sangat penting karena tahun depan bakal menjadi tahun terakhir pemerintahan Jokowi. Pelaku pasar ataupun publik akan mencari tahu seperti apa fokus kebijakan pembangunan tahun depan, terutama terkait subsidi BBM, pembangunan infrastruktur, pembiayaan utang, gaji PNS, kelanjutan pembangunan Ibu Kota Negara, serta proyek lain.
Publik juga ingin mengetahui legacy apa yang akan ditinggalkan Jokowi di masa terakhir pemerintahannya. Penjelasan Presiden setidaknya akan memberikan gambaran bagaimana kejelasan untuk pemerintahan selanjutnya.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article 'Obat Kuat' Ampuh, Rupiah Bangkit untuk Taklukkan Dolar