Babak Belur! Harga Emas Jatuh 1,4%, Bisa ke Bawah US$ 1.900
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas hancur lebur menjelang pengumuman data inflasi Amerika Serikat (AS) hari ini.
Pada perdagangan Rabu (9/8/2023), harga emas ada ditutup di posisi US$ 1.914,59 per troy ons. Harganya jatuh 0,53%. Posisi penutupan tersebut adalah yang terendah sejak 6 Juli tahun ini atau sebulan lebih.
Pelemahan ini memperpanjang derita emas menjadi tiga hari beruntun. Dalam tiga hari tersebut, harga emas sudah ambruk 1,39%. Harga emas yang terus melemah ini bisa membawa emas jatuh ke bawah level US$ 1.900 mengingat posisinya saat ini sudah berada di batas bawah US$ 1.900 per troy ons.
Sang logam mulia mulai membaik pada pagi hari ini. Pada perdagangan Kamis (10/8/2023) pukul 06:15 WIB harga emas di pasar spot di posisi US$ 1.916,13. Harganya menguat 0,08%.
Harga emas ambruk di tengah kekhawatiran pasar menunggu data inflasi AS untuk Juli pada hari ini atau Kamis malam waktu Indonesia.
Pelaku pasar memperkirakan inflasi akan mencapai 0,2% (month to month/mtm) dan 3,3% (year on year/yoy) pada Juli. Artinya, inflasi tahunan akan lebih tinggi.
Kondisi ini tentu saja membuat pasar khawator mengingat inflasi yang naik akan membuat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) mempertahankan kebijakan hawkishnya.
Proyeksi kenaikan inflasi tersebut juga membuat dolar AS menguat. Indeks dolar pada hari ini bergerak di 102,49 atau menguat dibandingkan pada perdagangan kemarin di 102,528.
Dolar yang menguat menjadi kabar buruk bagi emas karena membuat emas semakin mahal dibeli sehingga kurang menarik.
"Data inflasi akan menjadi poin penting bagi kebijakan The Fed. Semuanya dalam mood wait and see," tutur analis RJO Futures, Daniel Pavilonis, dikutip daru Reuters.
Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga di level saat ini yakni 5,25-5,5%. Namun sebanyak 13,5% memperkirakan adanya kenaikan sebesar 25 bps pada pertemuan September mendatang.
"Harga emas sulit pulih saat ini. Harganya baru bisa pulih dengan cepat jika ada tanda-tanda The Fed akan memangkas suku bunga," tutur Baden Moore, analis National Australia Bank.
Harga emas juga jatuh karena kabar buruk dari China. Tiongkok melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) mereka turun atau deflasi 0,3% pada Juli.
Deflasi menguatkan sinyal jika ekonomi China masih jauh dari pemulihan cepat.
China adalah konsumen terbesar emas sehingga perkembangan di sana akan sangat menentukan harga emas.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com
(mae/mae)