Perbankan AS Diguncang 'Badai', RI Gimana? Ini Jawab BI!

Arrijal Rachman, CNBC Indonesia
09 August 2023 15:15
Students gather as they visit Bank Indonesia headquarters in Jakarta, Indonesia, January 17, 2019. REUTERS/Willy Kurniawan
Foto: Bank Indonesia (REUTERS/Willy Kurniawan)

Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah guncangan yang tengah dialami perbankan Amerika Serikat akibat keputusan lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat kredit mereka, Bank Indonesia memastikan perbankan di Indonesia masih berdaya tahan kuat dari seluruh indikator penunjangnya.

Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia, Solikin M. Juhro mengatakan, ini karena tiga indikator utamanya, seperti likuiditas, permodalan, hingga risiko kredit masih pada tingkat yang aman. Sehingga tidak ada kekhawatiran seperti di Amerika Serikat.

"Ketahanan sistem keuangan kita khususnya perbankan bagus, dari sisi likuiditas, kemudian permodalan, kemudian dari risiko kredit," ucap Solikin saat ditemui di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Ia menjabarkan, dari sisi likuiditas tercermin dari Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) yang masih tinggi, yakni 26,73% pada Juni 2023. Sementara itu, Permodalan perbankan tercermin dari rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 26,07% pada Mei 2023 dan itu menurutnya masih kuat.

Adapun dari sisi risiko kredit menurutnya tetap terkendali, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang rendah, yaitu 2,52% (bruto) dan 0,77% (neto) pada Mei 2023. Dengan demikian, menurutnya tidak ada kendala pada perbankan domestik.

"Jadi dari sisi 3 hal tadi kita sebenarnya secara ekonomi kita sangat berdaya tahan, termasuk juga dari sisi perbankan," ungkap Solikin.

Ia memastikan, Bank Indonesia bersama otoritas lainnya yang tergabung dalam Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga telah rutin melakukan uji ketahanan atau stress test terhadap perbankan dalam negeri. Hasilnya menurut Solikin ketahanan perbankan RI masih tetap kuat.

"Stress test jelas juga kita rutin dengan beberapa potensial shock sebagaimana itu juga yang menjadi agenda KSSK menunjukkan sistem kita berdaya tahan," tutur Solikin.

Sebagai informasi, pada Senin (9/8/2023) waktu setempat, lembaga pemeringkat Moody's menurunkan peringkat kredit beberapa bank di Amerika Serikat. Lembaga tersebut juga memperingatkan tengah meninjau status beberapa pemberi pinjaman terbesar AS lain.

Moody's memperingatkan bahwa kekuatan kredit sektor itu kemungkinan akan diuji oleh risiko pendanaan dan profitabilitas yang lebih lemah.

Mengutip Reuters, Moody's memangkas peringkat 10 bank AS satu tingkat. Bank yang diturunkan peringkatnya oleh Moody's antara lain M&T Bank, Pinnacle Financial Partners, Prosperity Bank dan BOK Financial Corp.

Ada enam raksasa perbankan masuk dalam peninjauan. Termasuk Bank of New York Mellon, US Bancorp, State Street dan Truist Financial.

"Banyak hasil kuartal kedua bank menunjukkan meningkatnya tekanan yang akan mengurangi kemampuan mereka untuk menghasilkan modal internal," kata Moody's dalam sebuah catatan.

"Ini terjadi karena resesi ringan AS akan segera terjadi pada awal 2024 dan kualitas aset tampaknya akan menurun," jelasnya lembaga itu lagi.

Moody's juga menyinggung risiko tertentu dalam portofolio real estat komersial (CRE) beberapa bank sebagai faktor lain. Peringatan CRE merujuk ke situasi terkini di mana ada risiko utama karena suku bunga yang tinggi, penurunan permintaan kantor akibat pekerjaan jarak jauh, dan penurunan ketersediaan kredit CRE sendiri.

Di sisi lain Moody's juga mengubah pandangannya menjadi negatif ke 11 pemberi pinjaman utama di AS. Secara keseluruhan, lembaga itu mengubah penilaian untuk 27 bank di sektor tersebut.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Industri Perbankan di Kawasan Disorot di Forum Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular