Jelang Data Inflasi AS, Rupiah Dibuka Stagnan

rev, CNBC Indonesia
07 August 2023 09:17
Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (USD). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah data inflasi AS yang masih ditunggu pasar serta data ekonomi Indonesia.

Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka stabil 0,00% terhadap dolar AS di angka Rp 15.165/US$1. Namun pada pukul 9.01, rupiah sempat menyentuh angka Rp15.155/US$1 atau menguat 0,07%.

Penguatan rupiah yang terbatas ini khususnya ditopang oleh faktor domestik.

Dilansir dari Bank Indonesia (BI), tercatat pekan lalu terdapat beli neto di pasar keuangan domestik sebesar Rp5,33 triliun dengan rincian Rp1,90 triliun di pasar SBN dan Rp3,43 triliun di pasar saham.

Meskipun inflow terlihat cukup besar, namun Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia diproyeksikan mengalami penurunan pada kuartal-II 2023 yang akan dirilis siang ini.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 4,98% (year on year/yoy) dan 3,74% dibandingkan kuartal sebelumnya (quarter to quarter/qtq).

Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,03% (yoy) pada kuartal I-2023 dan terkontraksi 0,92% (qtq). Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal II-2023 pada Senin (7/8/2023).

Hasil polling lebih rendah dari proyeksi pemerintah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, memperkirakan pertumbuhan ekonomi sekitar 5%. Sementara itu, Bank Indonesia memproyeksi ekonomi Indonesia akan tumbuh sekitar 5,1% pada periode April-Juni 2023.

Tidak kalah pentingnya adalah rilisnya data cadangan devisa (cadev) pada pagi ini.

Sebelumnya, cadev Indonesia tercatat sebesar US$ 137,5 miliar pada Juni. Nilai tersebut menurun dari bulan sebelumnya yang sebesar US$ 139,3 miliar. Cadev menunjukkan tren penurunan, telah tertekan tiga kali berturut-turut dari titik tertingginya pada bulan Maret 2023.

Pelemahan cadev akan berpotensi menjadi sentimen pelemahan rupiah. Angka cadev yang menurun maka itu mencerminkan pasokan dolar AS yang menipis.

Namun, Bank Indonesia memandang cadangan devisa akan tetap memadai didukung stabilitas dan prospek ekonomi dan kebijakan untuk pertumbuhan berkelanjutan.

Sedangkan dari faktor eksternal, pekan ini akan dirilis data inflasi AS yang diproyeksikan menurut konsensus mengalami kenaikan menjadi 3,3% dibandingkan periode Juni 2023 yang berada di angka 3%. Alhasil potensi Bank Sentral AS (The Fed) masih belum terjadi sebab target inflasi AS berada di level 2%.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Segini Harga Jual Beli Kurs Rupiah di Money Changer

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular