Setelah Merah Dua Hari, IHSG Akhirnya Potensi Hijau Lagi
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) rebound dan kembali mendekati level psikologis 6.900 pada penutupan sesi I, Kamis (3/8/2023).
IHSG naik 0,64% ke 6.898,39, ditopang kenaikan 296 saham. Sedangkan, sebanyak 209 saham turun dan 218 sisanya stagnan.
Nilai transaksi mencapai Rp4,50 triliun dan volume perdagangan 11,44 miliar saham.
IHSG berhasil menguat setelah selama dua hari beruntun mengalami koreksi. IHSG sempat terbebani oleh kabar kurang menggembirakan yang datang dari Amerika Serikat (AS), di mana peringkat utang nasional AS dipangkas oleh lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings.
Penurunan oleh Fitch ini belum pernah terjadi sebelumnya. Peringkat AAA adalah tertinggi sementara AA+ adalah lebih rendah di bawah AAA.
"Penurunan peringkat AS mencerminkan penurunan fiskal yang diyakini akan terjadi selama tiga tahun ke depan, beban utang pemerintah tinggi dan terus meningkat, dan erosi tata kelola relatif terhadap negara-negara lain yang berperingkat 'AA' dan 'AAA' dalam dua dekade terakhir yang telah tercermin dalam kebuntuan batas utang yang berulang-ulang dan resolusi di saat-saat terakhir," ujar Fitch Ratings.
Sebenarnya pada Mei lalu, Fitch telah memberi tanda waspada "rating watch negative" ke surat utang AS. Peningkatan masalah politik yang telah menghambat resolusi untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang menjelang tenggat waktu yang semakin dekat pun disebut sebagai penyebabnya.
"Dalam pandangan Fitch, telah terjadi kemerosotan yang stabil dalam standar tata kelola selama 20 tahun terakhir, termasuk masalah fiskal dan utang. Selain itu, ketegangan politik batas utang berulang dan resolusi menit terakhir telah mengikis kepercayaan pada manajemen fiskal," tambah Fitch.
Penurunan atau downgrade peringkat utang AS dapat membuat ketidakpastian global kembali meninggi dan tentunya membuat volatilitas pasar semakin membesar, termasuk pasar keuangan Indonesia.
Namun, baik Bank Indonesia (BI) maupun Kementerian Keuangan optimis jika ketidakpastian ini hanya sementara. Secara fundamental ekonomi Indonesia masih sangat kuat sehingga menarik bagi investor.
"Mudah-mudahan sentimennya lebih bersifat temporer. Kondisi supply-demand valas di pasar domestik tetap terkendali, BI tetap akan berada di pasar untuk tetap memastikan keseimbangan supply-demand tersebut," tutur Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia Edi Susianto, kepada CNBC Indonesia.
Indikator ekonomi RI sangat baik sehingga bisa menjadi 'senjata' kuat untuk melawan gejolak eksternal.
Di antaranya adalah inflasi yang terus melandai, pertumbuhan ekonomi yang sangat kuat, dan outlook defisit APBN 2023 yang lebih rendah yakni 2,28% dari Produk Domestik Bruto (PDB).
'Senjata' ini diharapkan bisa kembali menarik investor saat kepanikan mereka reda.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG menembus area Fibonacci 78,6% (6.880) dan garis MA 20 yang menjadi resistance terdekat di level 6.888,42.
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI naik ke 53,28.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD memotong garis sinyal dari bawah dan membentuk golden cross, sinyal bullish (setidaknya jangka pendek) untuk IHSG.
Di sesi II, IHSG berpotensi ditutup di zona hijau dengan menguji resistance terdekat di level psikologis 6.900. Sedangkan, area support terdekat berada di dan garis MA 20 (6.888,42) dan level Fibonacci 78,6% (6.880).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(trp/trp)