
Arab Saudi & AS Biang Kerok, Minyak Bisa Sentuh US$ 90 Lagi?

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dibuka menguat pada pembukaan perdagangan Rabu (2/8/2023) setelah Amerika Serikat (AS) menarik kembali tawaran untuk membeli 6 juta barel minyak untuk cadangan darurat.
Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,84% di posisi US$82,05 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka melesat 1,12 % ke posisi US$85,86 per barel.
Sebelumnya, pada perdagangan Selasa (1/8/2023) kemarin, minyak WTI ditutup melemah 0,53% ke posisi US$81,37 per barel, begitu juga minyak brent turun 0,76% ke posisi US$84,91 per barel.
Pemerintahan Biden telah mengumumkan akan menarik tawaran untuk membeli 6 juta barel minyak untuk Cadangan Minyak Strategis, ungkap juru bicara Departemen Energi pada hari Selasa, karena harga minyak diperkirakan akan terus meningkat setelah penurunan produksi dari Arab Saudi.
Kendati demikian, pengumuman AS tersebut tampaknya masih belum digubris pasar, dengan harga minyak yang malah kembali dibuka menguat pagi ini.
Sebelumnya AS membuat permintaan untuk membeli minyak mentah asam untuk SPR pada 7 Juli 2023, setelah pemerintah mengeluarkan rekor 180 juta barel dari cadangan tahun lalu untuk mengendalikan harga setelah invasi Rusia ke Ukraina. Departemen Energi telah membeli kembali 6,3 juta barel dalam beberapa bulan terakhir.
Permintaan tinggi dari AS tersebut sebelumnya menjadi salah satu alasan reli harga minyak mentah dunia, selain utamanya berasal dari keputusan kartel mnyak OPEC+ untuk memangkas produksi.
Langkah terbaru untuk menarik tawaran pembelian minyak oleh AS disebut sebagai keputusan yang diambil berdasarkan "kondisi pasar".
Pasokan minyak yang ketat telah menyebabkan harga minyak global naik di atas US$80 per barel dalam beberapa minggu terakhir.
Harga minyak diperkirakan akan naik lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang setelah Arab Saudi mengatakan akan memangkas produksi sebesar 1 juta barel per hari mulai bulan Juli, di atas pemotongan lain dari delapan negara OPEC+ yang diumumkan pada bulan April.
American Petroleum Institute mengindikasikan pada hari Selasa bahwa stok minyak mentah AS turun sekitar 15,4 juta barel dalam pekan yang berakhir 28 Juli 2023.
Pemerintahan Biden mengatakan ingin membeli kembali minyak untuk cadangan ketika harganya US$67 hingga US$72 per barel.
Departemen Energi "tetap berkomitmen pada strategi penambahan SPR" yang mencakup pembelian langsung, pengembalian minyak yang dipinjamkan ke perusahaan setelah badai dan gangguan pasokan lainnya, serta pembatalan rencana penjualan dimana penarikan tidak diperlukan.
Rekor penjualan tahun lalu dari cadangan tersebut telah mendorong level minyaknya ke level terendah dalam sekitar 40 tahun, meskipun produksi minyak mentah domestik sekarang lebih tinggi.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?
