CNBC Indonesia Research

Harga Minyak Mendidih, Emiten Mana Potensi Paling Cuan?

Putra, CNBC Indonesia
Senin, 31/07/2023 12:27 WIB
Foto: Sumur minyak PHE. (Dok PHE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah saham minyak & gas (migas) utama dalam momentum penguatan seiring harga minyak rebound dari level US$60-US$70 per barel.

Saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) menjadi saham yang mendapatkan katalis terbesar. Ini terlihat dari kinerja saham MEDC yang melaju ke atas terutama sejak tengah Juli lalu.

Per 28 Juli 2023, harga saham MEDC berada di Rp1.130/saham. Kinerja sepekan saham emiten keluarga Panigoro ini melonjak 18,32% dan dalam sebulan melejit 27%.


Secara teknikal, usai menembus garis moving average (MA 200) yang menjadi area resistance kunci, kini saham MEDC mengalami konsolidasi jangka pendek dengan bertahan di area resistance yang menjadi support di 1.065. Area resistance terdekat untuk MEDC berada di 1.135.

Kemudian, saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX) juga tersengat kenaikan harga minyak jangka pendek, dengan naik 10,00% dalam sepekan ke Rp187/saham per 28 Juli. Dalam sebulan, saham APEX melonjak 20,6%.

Momentum pembalikan arah saham APEX mulai terlihat ketika naik setinggi 8,33% pada 6 Juli lalu. Semenjak itu, saham APEX mencoba melawan downtrend mayor dan sedang menguji MA 200 di area 212.

Dalam penguatan yang lebih kecil, saham PT Radiant Utama Interinsco Tbk (RUIS) dan PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) juga berhasil terapresiasi 2,59% dan 1,82% dalam seminggu.

Soal valuasi, saham emiten migas secara umum memiliki valuasi yang atraktif, terutama usai mendapatkan laba besar seiring boom komoditas tahun lalu.

Mari kita lihat menggunakan dua metrik paling populer, yakni price-to earnings ratio (Rasio P/E, PER) dan rasio price-to book value (PBV).

Rasio P/E membandingkan harga saham dengan laba perusahaan. Semakin kecil angka, biasanya di bawah 10 kali hingga 15 kali, dianggap semakin murah alias undervalued pula suatu saham emiten.

Kemudian, rasio PBV berguna untuk melihat seberapa murah/mahal suatu saham dengan membandingkan harga saham dengan nilai buku perusahaan. Angka di bawah 1 kali sering dianggap menjadi indikasi suatu saham murah.

Selain berdasarkan rule of thumb (aturan umum), baik rasio PER dan PBV suatu emiten biasanya diperbandingkan satu sama lain dalam industri atau sektor yang sama.

Rasio P/E MEDC, misalnya, masih di bawah 10 kali dan cenderung lebih kecil dibandingkan peers, yakni 5,74 kali. Kendati, rasio PBV MEDC sudah di atas 1 kali, tepatnya 1,14 kali. Apalagi, valuasi anyar MEDC akan terbuka usai melantainya PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN).

MEDC memiliki 21,09% saham AMMN usai penawaran saham perdana (IPO) pada 7 Juli lalu.

Demikian pula, rasio P/E APEX, RUIS, hingga ELSA dan ENRG juga terbilang murah. RUIS bahkan memiliki rasio PBV hanya 0,29 kali.

Namun, valuasi saham migas, seperti lazimnya perusahaan energi yang bersifat siklikal, di atas yang tampak murah perlu juga dilihat dari bagaimana siklus harga komoditas energi saat ini dan ke depan.

Rasio P/E yang murah, dan harga saham yang sudah turun tajam, mungkin menjadi kesempatan yang baik bagi investor.

Namun, untuk bisa menikmati hasil dalam jangka panjang yang baik, investor saham siklikal membutuhkan kesabaran lebih dan timing yang pas sembari menunggu siklus kembali menguntungkan emitennya.

Bagi investor yang memiliki horizon yang lebih pendek, perlu lebih menyimak momentum harga minyak dan kaitannta dengan pergerakan teknikal saham migas.

Harga Minyak Mendidih

Harga minyak mentah pada pekan lalu terpantau mencatatkan kinerja cemerlang sejalan dengan prospek permintaan yang meningkat dan pengurangan pasokan oleh produsen.

Merujuk data Refinitiv, minyak jenis Brent meningkat 4,84% secara mingguan ke posisi US$ 84,99 per barel, dengan begitu sudah lima minggu beruntun ditutup dalam zona penguatan dan dalam satu bulan terakhir brent melonjak 13,47%.

Pada periode yang sama, untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terpantau naik 4,55% menjadi US$ 80,58 per barel, lonjakan tersebut membuat akumulasi penguatan sepanjang Juli sebesar 14,07%.

Harga minyak mentah diperkirakan masih bisa berlanjut pada paruh kedua tahun ini disinyalir karena permintaan yang akan meningkat terutama dari China dan India.

Hal tersebut diungkapkan Sekretaris Jenderal International Energy Forum Official, Joseph McMonigle yang mengaitkan dorongan harga minyak akibat peningkatan permintaan dari China dan India yang merupakan konsumen terbesar kedua setelah Amerika Serikat (AS).

Dorongan dari China terutama datang dari stilmulus yang masih digencarkan sebagai langkah memperkuat pemulihan pasca-COVID, mengingat pada kuartal II-2023 negeri asal Panda tersebut mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang masih lesu.

Ekspektasi peningkatan permintaan juga datang dari AS sejalan dengan kondisi ekonomi yang nampaknya kemungkinan besar terhindar dari resesi. Ini karena pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 tumbuh 2,4% secara kuartalan, nilai ini bahkan lebih tinggi dari ekspektasi pasar di 1,80%.

Sementara dari sisi pasokan, pemangkasan sukarela dari Arab Saudi yang merupakan salah satu negara produsen minyak paling besar sebanyak 1 juta per barel masih berlanjut. Analis Commerzbank melihat pemotongan ini bisa membuat produksi minyak OPEC jatuh ke level terendah sejak musim gugur 2021.

Ketatnya pasokan sementara prospek demand meningkat membuat harga minyak mentah masih potensi terkatrol naik.

Kendati demikian, risiko pengetatan kebijakan moneter masih bisa menjadi tekanan bagi minyak, sebab kenaikan suku bunga memberikan implikasi pada penguatan mata uang dolar AS yang membuat harga seakan mahal, sehingga pelaku pasar jadi kurang tertarik.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research, divisi penelitian CNBC Indonesia. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau aset sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Abaikan Sejenak Isu Trump, IHSG Melenggang ke Zona Hijau