
IHSG Sepekan Naik Nyaris 3%, Batu Bara Jadi Juru Selamat

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) semakin dekat dengan 7.000 setelah pada perdagangan terakhir pekan ini ditutup di posisi 6.900,23.
IHSG sangat bertenaga pada pekan ini meskipun sentimen kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) membayangi.
IHSG mampu menorehkan kinerja positif sebesar 2,6% pada pekan ini, lebih tinggi dari pekan lalu yang naik 0,26%. Kinerja ini juga menandai pekan ketiga secara beruntun berada di zona hijau dalam kinerja mingguan.
Sektor yang menopang IHSG sepanjang pekan adalah energy, terutama saham-saham batu bara yang mampu tampil prima sepanjang pekan.
Adapun kinerja beberapa saham-saham batu bara:
BYAN: +5,87%
ADRO: +2,07%
ITMG: +4,11%
INDY: +2,88%
Hal ini tidak lepas dari harga batu bara dunia yang mencatatkan kinerja positif. Harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus mampu mencatatkan rally panjang selama sembilan hari dengan penguatan mencapai 15% lebih sebelum akhirnya terjadi koreksi.
Harga batu bara dunia dengan harga saham batu bara memiliki relasi positif. Sehingga jika harga batu bara menguat, harga saham batu bara akan mengikuti.
Selain itu, kinerja IHSG juga ditopang oleh BI memutuskan untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya. Hasil dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk tetap menahan suku bunga di level 5,75%.
Keputusan BI ini sesuai dengan Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memproyeksi bank sentral Tanah Air tersebut akan kembali menahan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR). Dari 12 institusi yang terlibat dalam pembentukan konsensus, semuanya memperkirakan BI akan menahan suku bunga di level 5,75%.
Sentimen positif tersebut mampu menahan sentimen negatif dari The Fed yang masih akan bersikap hawkish.
The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga jika data ekonomi AS mendukung. Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang sudah optimis jika tidak akan ada lagi kenaikan setelah pertemuan Juli.
Data ekonomi AS terbaru juga menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.
AS mengumumkan dua indikator ekonomi, kemarin, yakni perhitungan pertumbuhan ekonomi terbaru serta klaim pengangguran.
Estimasi terbaru AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,4% (quarter-to-quarter/qtq) pada April-Juni 2023 atau kuartal II-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 2% ataupun ekspektasi pasar yakni 1,8%.
Pertumbuhan sebesar 2,4% (qtq) juga menunjukkan jika ekonomi AS masih berlari kencang dan jauh dari resesi.
AS juga mengumumkan data klaim pengangguran. Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran AS menurun 7.000 menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli.
Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 235.000.
Masih tingginya pertumbuhan ekonomi AS dan menurunnya klaim pengangguran menunjukkan jika ekonomi AS masih panas. Dua faktor ini menjadi sinyal jika inflasi AS bisa sulit turun ke depan.
Akibatnya, harapan pelaku pasar melihat pelonggaran kebijakan The Fed bisa semakin jauh.
The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis point (bp) menjadi 5,25-5,5%, setelah pada pertemuan sebelumnya yakni edisi Juni 2023 menahan suku bunga acuannya.
Dengan kenaikan tersebut, suku bunga The Fed (Federal Fund Rate/FFR) sudah naik sebanyak 11 kali dengan total kenaikan sebesar 525 bp sejak Maret 2022. Suku bunga di level 5,25-5,5% saat ini adalah yang tertinggi sejak 2001 atau 22 tahun terakhir.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(ras/ras) Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat