Saham Batu Bara Seksi Lagi, Cek 18 Emiten Ini

Riset, CNBC Indonesia
Jumat, 28/07/2023 11:30 WIB
Foto: ist

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara sedang mengalami tren penguatan jangka pendek usai terpuruk selama berbulan-bulan. Apakah pembalikan tren ini akan berlangsung lebih lama atau hanya sesaat?

Saham PT ABM Investama Tbk (ABMM), misalnya, melompat 5,81% dalam sepekan dan melejit 20,13% dalam sebulan terakhir. Pada Kamis (27/7), saham ABMM terkoreksi 1,62%, menghentikan kenaikan 5 hari beruntun sebelumnya.

Kemudian, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang menguat 3,38% dalam sepekan dan naik 9,87% sebulan. Aksi ambil untung (profit taking) terjadi pada Kamis hingga membuat saham ADRO minus 2,00%.


Saham lainnya, PT Bayan Resources Tbk (BYAN) juga terangkat 10,70% dalam sepekan dan melesat 34,42% dalam sebulan terakhir. Seperti ABMM, reli kenaikan 5 hari berturut-turut saham BYAN akhirnya terhenti pada Kamis (27/7) seiring saham tersebut turun 1,31%.

Beberapa saham batu bara lainnya juga menunjukkan tanda pembalikan tren (dari downtrend menuju uptrend jangka pendek) macam PT Harum Energy Tbk (HRUM) yang melejit 7,47% dalam sepekan dan melonjak 14,53% dalam sebulan.

Tanda pembalikan tren HRUM terlihat dari grafik harian di mana saham HRUM berhasil melewati area resistance penting berupa moving average 200 hari (MA 200) pada Rabu (26/7).

Sedangkan, saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah menguji area MA 200 beberapa hari terakhir.

Indeks sektor energi (IDXENERGY) juga sedang dalam pembalikan tren dan mencoba mengonfirmasi pola double bottom dengan mendekati neckline berupa MA 200 di posisi 2017,42. Saat ini IDXENERGY, yang masih menjadi pecundang di sektor lainnya, berada di 1.954,06.

Secara teknikal, saham batu bara masih belum menunjukkan pembalikan tren yang kuat (salah satu indikatornya: menembus MA 200) sehingga masih menunggu katalis lanjutan dari rebound harga batu bara ke depan.

Sedangkan, apabila menyoal valuasi, dengan lonjakan laba pada 2022, valuasi saham batu bara utama terbilang di level yang murah.

Seperti lazimnya saham siklikal, saham batu bara dan energi secara umum cenderung mengikuti siklus bisnis dan ekonomi makro. Kadang bereskpansi, kadang terkontraksi.

Untuk emiten batu bara, cuan tinggi akan didapatkan ketika harga batu bara meninggi. Dan sebaliknya. Hal tersebut mengikuti siklus ekonomi.

Karenanya, valuasi saham batu bara dan energi di atas yang tampak murah perlu juga dilihat dari bagaimana siklus harga komoditas energi saat ini dan ke depan.

Rasio price-to earnings (P/E) yang murah, dan harga saham yang sudah turun tajam, mungkin menjadi kesempatan yang baik bagi investor.

Namun, untuk bisa menikmati hasil dalam jangka panjang yang baik, investor saham siklikal membutuhkan kesabaran lebih dan timing yang pas sembari menunggu siklus kembali menguntungkan emitennya.

Rebound harga batu bara sejak pertengahan Juli lalu menjadi katalis kenaikan saham-saham emiten tambangnya akhir-akhir ini.

Bahkan, harga batu bara ICE Newcastle kontrak Agustus sempat reli 9 hari beruntun selama 14-26 Juli dengan kenaikan 16,12% selama periode tersebut. Pada Kamis (27/7) kemarin, reli tersebut akhirnya terhenti seiring harga batu bara terkoreksi 2,03% ke posisi US$144,65 per ton.

Penguatan tersebut sedikit meredakan tekanan penurunan harga batu bara sepanjang 2023. Sejak awal tahun (year to date/YtD), harga batu bara anjlok 62,87%. Bahkan, sempat minus 67,4% ketika harga batu bara menyentuh US$127,15 per ton pada 13 Juli 2023.

Peningkatan permintaan pada tahun 2023 tampaknya mulai akan terjadi. Volume perdagangan berpotensi mendekati puncak pada empat tahun lalu. Beberapa perkiraan menunjukkan volume tahun 2023 dapat lebih tinggi 3-5% atau mungkin lebih dibanding 12 bulan sebelumnya. Jika kisaran atas terjadi tahun ini, konsumsi akan mendekati level rekor sepanjang masa.

Tingginya permintaan disokong dari meningkatnya permintaan China sebagai konsumen batu bara terbesar dunia.

Melansir Oil Price, penggunaan pembangkit listrik China naik sebesar 5,2% pada paruh pertama tahun 2023. Produksi listrik berbahan bakar batu bara menopang 71% dari output listrik Cina.

Besarnya peran pembangkit batu bara disebabkan oleh menurunnya produksi listrik dari pembangkit tenaga air karena endahnya curah hujan serta kekeringan akibat gelombang panas.

Di sisi lain, permintaan listrik naik karena penggunaan pendingin ruangan di tengah gelombang panas.

Rencana stimulus ekonomi dari pemerintah China juga ikut mendongrak harga batu bara. Beijing tengah menyiapkan stimulus ekonomi untuk menggerakkan konsumsi masyarakat. Bila ekonomi China menguat maka permintaan akan listrik dan batu bara bisa meningkat terus.

Penguatan juga diiringi oleh pasokan India yang terkoreksi 3% secara mingguan. Stok batubara termal di 21 pelabuhan utama India turun pada 22 Juli 2023, ungkap data CoalMint. Stok batubara termal di pelabuhan India mencapai 15,10 juta ton di minggu ke-29 dibandingkan 15,63 juta ton di minggu ke-28 pada tahun ini.

Penurunan stok disinyalir sebagian dampak impor batubara termal India pada Juni 2023 yang anjlok 24% menjadi 13,95 juta ton. Impor turun tajam hampir 33% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan 20,65 juta ton pada Juni 2022.

Namun, sejumlah tekanan juga masih membayangi batu bara, termasuk potensi gangguan dalam pemulihan ekonomi China. Analis memproyeksikan harga batu bara New Castle akan berada di rerata US$175/ton pada 2023.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(trp/trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Dunia Bergejolak, Beban Bisnis Angkutan Batu Bara Ikut Bengkak