Market Commentary

IHSG Lesu Lagi, 7 Saham Ini yang Membebaninya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
28 July 2023 10:43
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Jumat (28/7/2023), di mana IHSG hari ini cenderung mengikuti pergerakan bursa saham global.

Per pukul 10:11 WIB, IHSG melemah 0,42% ke posisi 6.867,81. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800 dan belum beranjak kembali ke level psikologis 6.900.

Secara sektoral, sektor energi menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 2,2%.

Beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Bayan ResourcesBYAN-13,5619.950-3,62%
Bank Central AsiaBBCA-5,009.150-0,81%
Merdeka Copper GoldMDKA-2,073.320-1,78%
Sumber Alfaria TrijayaAMRT-1,962.710-1,45%
Telkom IndonesiaTLKM-1,263.710-0,27%
Charoen Pokphand IndonesiaCPIN-1,214.930-1,00%
Astra InternationalASII-1,196.525-0,38%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 13,6 indeks poin.

Tak hanya BYAN saja, saham bank raksasa dengan kapitalisasi pasar paling jumbo di bursa yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) juga menjadi pemberat IHSG hari ini, yakni sebesar 5 indeks poin.

Koreksi IHSG sejalan dengan pergerakan bursa saham global yang juga terkoreksi karena pelaku pasar masih cenderung kecewa dengan pernyataan bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed) yang masih akan bersikap hawkish.

Pasar masih kecewa karena The Fed masih membuka opsi kenaikan suku bunga jika data ekonomi AS mendukung.

Hal ini berbanding terbalik dengan ekspektasi pasar yang sudah optimis jika tidak akan ada lagi kenaikan setelah pertemuan Juli.

Data ekonomi AS terbaru juga menunjukkan ekonomi AS masih berlari kencang.

AS mengumumkan dua indikator ekonomi, kemarin, yakni perhitungan pertumbuhan ekonomi terbaru serta klaim pengangguran.

Estimasi terbaru AS menunjukkan ekonomi AS tumbuh 2,4% (quarter-to-quarter/qtq) pada April-Juni 2023 atau kuartal II-2023. Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan kuartal sebelumnya yakni 2% ataupun ekspektasi pasar yakni 1,8%.

Pertumbuhan sebesar 2,4% (qtq) juga menunjukkan jika ekonomi AS masih berlari kencang dan jauh dari resesi.

AS juga mengumumkan data klaim pengangguran. Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran AS menurun 7.000 menjadi 221.000 pada pekan yang berakhir pada 22 Juli.

Jumlah tersebut adalah yang terendah dalam lima bulan terakhir dan jauh di bawah ekspektasi pasar yakni 235.000.

Masih tingginya pertumbuhan ekonomi AS dan menurunnya klaim pengangguran menunjukkan jika ekonomi AS masih panas. Dua faktor ini menjadi sinyal jika inflasi AS bisa sulit turun ke depan.

Akibatnya, harapan pelaku pasar melihat pelonggaran kebijakan The Fed bisa semakin jauh.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Loyo, GOTO dan 3 Raksasa Batu Bara Jadi Beban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular