Fitch Pangkas Peringkat Utang Agung Podomoro (APLN), Kenapa?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
27 July 2023 17:10
Proyek Agung Podomoro Land.
Foto: Proyek Agung Podomoro Land. (Dok APLN)

Jakarta, CNBC Indonesia - Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings menurunkan peringkat utang jangka panjang atau issuer default rating (IDR) salah satu emiten properti Tanah Air yakni PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) dari "CCC" menjadi "C".

Fitch Rating memangkas peringkat surat utang senilai US$ 300 juta dengan imbal hasil 5,95% yang jatuh tempo pada Juni 2024 menjadi "C" dari semula "CCC", dengan peringkat pemulihan tetap RR4.

Penurunan rating tersebut lebih tertuju pada senior notes (obligasi senior) yang diterbitkan anak usaha APLN yang berbasis di Singapura, APL Realty Holdings Pte. Ltd. Obligasi ini dimiliki dan dijamin penuh oleh APLN serta beberapa anak usahanya.

Rating yang dipangkas menjadi C tentu meningkatkan risiko gagal bayar surat utang APLN yang perlu diwaspadai investor.

Melansir dari keterangan resmi Fitch "Penurunan peringkat mengikuti pengumuman APLN bahwa penawaran tender akan dilanjutkan sesuai dengan pemenuhan persyaratan dalam memorandum penawaran. Kami percaya bahwa penawaran tender tersebut merupakan suatu distressed debt exchange (DDE), karena transaksi tersebut akan menyebabkan pengurangan persyaratan yang material dan, menurut pandangan kami, dilakukan untuk menghindari gagal bayar".

Penawaran tender merupakan pengurangan material penting dalam persyaratan yang perlu jadi perhatian. Ini karena usulan untuk membeli wesel seharga US$ 600 per US$ 1.000 dan sedang digabungkan dengan permintaan persetujuan untuk menghapus perjanjian pembatasan utama. APLN juga telah menandatangani jaminan senilai Rp1,8 triliun sebagai pinjaman jembatan 18 bulan dari bank lokal untuk mendanai penawaran.

Fitch memproyeksi pre-sales secara konsolidasi akan turun 10% menjadi Rp1,5 triliun pada 2023, dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp1,7 triliun akibat pembatalan yang meningkat. Hingga sepanjang paruh pertama 2023 pembatalan pembelian properti tetap tinggi meskipun sempat melambat dari puncaknya pada kuartal IV-2022. Paling banyak terjadi pembatalan di dua proyek terbesar APLN yaitu Podomoro City Medan dan Podomoro Park Bandung,

Pre-sales tersebut turun lebih dalam dari ekspektasi Fitch Ratings, apabila kondisi ini tidak segera pulih pada sisa tahun ini atau APLN tidak membuat proyek baru, likuiditas perusahaan induk (holdco) APLN bakal semakin tertekan. Bahkan, jika penawaran tender berhasil total utang.

Pasalnya, Holdco kemungkinan besar harus bergantung pada dividen yang lebih tinggi dari anak usaha untuk memenuhi pembayaran bunga tahun ini di tengah arus kas yang ketat akibat pre-sales yang melemah. Ini juga ditambah, holdco tidak lagi mendapat keuntungan dari recurring income setelah menjual Central Park tahun lalu.

Fitch Rating menilai penyelesaian penawaran tender bakal mengurangi, tetapi tidak menghilang risiko pembiayaan kembali dalam 12-18 bulan ke depan. Ketika penawaran tender selesai, APLN akan memiliki surat utang tanpa jaminan sekitar US$132 juta yang akan jatuh tempo pada Juni 2024. APLN memiliki dua properti tanpa jaminan senilai sekitar Rp3,1 triliun (sekitar US$200 juta), berdasarkan saham perusahaan. "Kami yakin aset ini dapat dijual atau dijadikan jaminan terhadap pinjaman baru, untuk melunasi sisa uang kertas dolar AS. Namun, kepemilikan sebagian APLN atas aset-aset ini membuat kedua opsi ini berisiko eksekusi material," jelas Fitch.

Fitch tidak lagi menerapkan Kriteria Peringkat Parent and Subsidiary Linkage (PSL) untuk menilai hubungan antara APLN dan induk mayoritasnya, PT Indofica, sebuah perusahaan swasta yang dikendalikan oleh CEO Agung Podomoro Group. Peringkat APLN didorong oleh penawaran tender dan concurrent consent solicitation yang merupakan DDE.

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Agung Podomoro Land (APLN) Mau Buyback Obligasi Rp4,48 T

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular