Rupiah Libas Dolar AS Setelah The Fed Kerek Suku Bunga

rev, CNBC Indonesia
Kamis, 27/07/2023 15:22 WIB
Foto: Ilustrasi dolar Amerika Serikat (AS). (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) setelah rilis hasil data suku bunga Amerika Serikat (AS).

Dilansir dari Refinitiv, Rupiah menguat 0,13% terhadap dolar AS ke posisi Rp 14.995/US$1. Hal ini menunjukkan terjadinya pergerakan Rupiah kembali bergerak di bawah level pskikologis Rp 15.000/US$1, setelah kemarin melemah dan ditutup di angka Rp 15.015/US$1.


Penguatan nilai mata uang Garuda terjadi ditengah tidak adanya sinyal pelonggaran dari Bank Sentral AS (The Fed) dalam waktu dekat. Pada Kamis dini hari The Fed telah mengumumkan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis point (bps) menjadi 5,25-5,50%.

Chairman The Fed Jerome Powell menjelaskan keputusan suku bunga akan sangat tergantung pada data yang berkembang.

"Bisa saya katakan ada kemungkinan bahwa kami akan menaikkan suku bunga kembali di September jika datanya meyakinkan," tutur Powell, dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC International.

Namun, Powell juga mengindikasikan ada peluang The Fed untuk menahan suku bunga ke depan jika datanya mendukung.

"Saya juga bisa katakan ada peluang bagi kami untuk memilih menahan suku bunga. Kami akan melakukan penilaian secara hati-hati dari meeting ke meeting," imbuh Powell.

Hingga saat ini, The Fed belum memiliki kejelasan, alhasil ini dapat menjadi sentimen buruk bagi bursa saham, SBN, hingga Rupiah. Belum jelasnya kebijakan The Fed ke depan juga akan menimbulkan lebih banyak ketidakpastian global karena investor harus menunggu dan mempertimbangkan rilis data ekonomi AS terbaru.

"Tekanan kepada mata uang (rupiah) masih akan berlanjut dalam 1-2 bulan ke depan karena market akan sangat bergantung kepada data inflasi AS atau data lain lain mempengaruhi The Fed," tutur kepala ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro, kepada CNBC Indonesia.

Namun, Andry mengingatkan jika ekspektasi pasar masih bergerak saat ini masih memproyeksi The Fed akan menahan suku bunga pada September.

"Ini akan menjadi penopamg positif ke rupiah dan SBN pada akhir tahun. Kami perkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.800-14.900/US$1 hingga akhir tahun," imbuh Andry.

Gubernur BI Perry Warjiyo juga menekankan jika stabilitas rupiah kini menjadi fokus utama BI. Perry juga optimis jika mata uang Garuda akan menguat ke depan sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global serta mengalirnya dana asing ke Indonesia.

"BI memperkirakan nilai tukar rupiah menguat cenderung dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi rendah imbal hasil aset keuangan menarik dan dampak positif implementasi PP 36 2023 tentang DHE sumber daya alam," jelas Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur, Selasa (25/7/2023).

Dengan tidak ada kenaikan maka bunga pinjaman diharapkan tidak ikut naik sehingga permintaan pinjaman juga akan meningkat. Kondisi ini dapat mendorong baik permintaan maupun investasi domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Bikin Rupiah Anjlok, Tembus Rp 16.400-an per Dolar AS