Bank Jatim Cetak Laba Rp 720 M pada Semester I/2023

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
Rabu, 26/07/2023 08:35 WIB
Foto: Bank Jatim (Dokumentasi Bank Jatim)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten perbankan daerah PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (BJTM) atau Bank Jatim membukukan laba bersih pada semester I-2023 sebesar Rp 720 miliar, turun 11,68% secara tahunan (yoy). 

Menurut Direktur Utama Bank Jatim Busrul Iman, penurunan ini disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI). 

Beban bunga pada paruh pertama tahun ini naik 13,62% yoy menjadi Rp 1,1 triliun. Alhasil membuat pendapatan bunga bersih Bank Jatim turun 1,58% yoy menjadi Rp 2,34 triliun. 


OLeh karena itu, Busrul menyampaikan strategi untuk memperbaiki penurunan laba ini adalah dengan melakukan mengatur ulang komponen dana pihak ketiga (DPK) bank.

"Nah, sehingga walaupun rasio dana murah atau current account saving account (CASA) kami naik, walaupun interest expenses kami naik, tapi kenaikan kami relatif lebih rendah dibandingkan yang lainnya. Dan tentu saja nantinya akan kami dorong semakin efisien dan semakin murah," ujarnya dalam pemaparan kinerja keuangan semester I-2023, Selasa (25/7/2023).

Mengutip paparan kinerja Bank Jatim, deposito perusahaan turun 19,81% yoy menjadi Rp 35,11 triliun. Akan tetapi salah satu komponen dana murah, yakni giro juga merosot 19,33% yoy menjadi Rp 22,63 triliun. 

Selain laba, aset Bank Jatim juga tercatat merosot 5,43% ke Rp 103 triliun. Meskipun kredit naik 13,02% yoy, penempatan surat berharga Bank Jatim terkoreksi cukup dalam.

Kendati demikian, Busrul menargetkan perolehan laba bersih bisa tumbuh 5% sampai 6% pada akhir tahun 2023. Bank telah menyiapkan beberapa strategi untuk mencapainya.

"Pertama, terkait outstanding kami sudah on the track untuk skala mikro. Kami tinggal mengembangkannya sektor menengah dan korporasi. Ini kami dorong," katanya.

Yang kedua, kata Busrul, dengan tetap mendorong peningkatan CASA. Menurutnya, CASA masih bisa didorong lebih efisien, baik dari sisi akuisisi, retensi maupun loyaltynya.

"Nah, kemudian yang berikutnya adalah kami perlu peningkatan fee based income termasuk recovery rate, sehingga dengan penurunan kualitas pinjaman itu menjadi lebih efisien dan mampu meningkatkan profit," ucapnya.


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: OJK Awasi Ketat Kripto, Fokus pada Aktivitas Domestik