
Perry Warjiyo Bersabda, Rupiah Berjaya

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah memperoleh angin segar pada penutupan perdagangan hari ini, pasalnya Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mampu memberikan sentimen positif yang berakhir dengan penguatan rupiah terhadap dolar AS. RDG BI hari ini memutuskan untuk menahan suku bunga acuan.
Melansir dati Refinitiv, Rupiah menguat 0,20% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke angka Rp 14.990/US$1 atau kembali bergerak di bawah level psikologis Rp 15.000/US$1. Penguatan Rupiah ini memutus tren pelemahan sejak 21 Juli 2023.
BI Tahan Suku Bunga, Perry Yakin Rupiah Menguat
Siang hari ini baru saja Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) pada level 5,75%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%. Alhasil ini memperpanjang suku bunga dipertahankan selama enam pertemuan terakhir.
Gubernur BI, Perry Warjiyo menambahkan keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75% ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap sesuai sasaran 3 plus minus 1% pada sisa tahun 2023 dan 2,5 plus minus 1% pada 2024.
Perry menambahkan, kebijakan moneter akan diarahkan kepada penguatan nilai tukar rupiah untuk mengendalikan inflasi barang, khususnya imported inflation dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.
Sementara itu kebijakan insentif makro diperkuat untuk mendorong kredit pada sisi hilirisasi, perumahan, pariwisata pembiayaan inklusif dan hijau.
"Akselerasi digital sistem pembayaran juga didorong untuk perluasan inklusi ekonomi dan keuangan digital bauran kebijakan makroprudential, sistem pembayaran terus diarahkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," papar Perry.
Selain itu, beliau juga meyakini nilai tukar Rupiah akan terus menguat seiring dengan prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat dan inflasi yang rendah.
Perry meyakini aliran modal asing akan terus mengalir ke dalam negeri seiring dengan persepsi investor terhadap prospek ekonomi Indonesia dan peningkatan outlook sovereign credit rating Indonesia oleh lembaga pemerintah dari stabil ke positif BBB.
Dengan tidak ada kenaikan maka bunga pinjaman diharapkan tidak ikut naik sehingga permintaan pinjaman juga akan meningkat. Kondisi ini dapat mendorong baik permintaan maupun investasi domestik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Selain BI, The Fed juga menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mulai hari ini dan berakhir besok. The Fed akan mengumumkan hasil rapat pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar berekspektasi jika The Fed masih akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps pada bulan ini tetapi kenaikan tersebut diperkirakan menjadi yang terakhir.
Jika The Fed kemudian melunak maka capital inflow diperkirakan mengalir deras ke Indonesia sehingga rupiah bisa menguat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! Dolar AS Kini Tembus Rp15.200