Analisis Teknikal

Penghalang Kuat Ini Bikin IHSG Ketar Ketir

Putra, CNBC Indonesia
24 July 2023 08:05
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sukses menguat sepekan lalu dan mencoba mendekati level psikologis 6.900.

IHSG berhasil ditutup naik 0,24% ke level 6.880,80 pada perdagangan Jumat (21/7/2023). Dalam sepekan IHSG berhasil naik 0,16%.

Secara umum, sentimen pasar cenderung sepi selama minggu lalu. Beberapa sentimen yang mewarnai perdagangan termasuk data ekonomi China yang dirilis, di mana ada tanda-tanda bahwa China sedang mengalami kelesuan ekonomi hingga dimulainya rilis kinerja keuangan semester I 2023.

Pendorong IHSG pada pekan lalu juga datang dari Foreign Direct Investment atau Penanaman Modal Asing yang baru saja dirilis naik 14,2% (year on year/yoy) menjadi Rp 186,3 triliun pada kuartal II-2023. Secara keseluruhan, investor asing menanamkan modal sebesar Rp 363,3 triliun pada semester I-2023 atau naik 17,1%.

Penerima terbesar FDI tersebut adalah industri logam dasar, diikuti oleh sektor transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, serta kimia dan farmasi. Di antara sumber FDI terbesar adalah Singapura, China, Hong Kong, Jepang, dan Malaysia.

Sementara, pengumuman suku bunga acuan menjadi tema utama pasar selama pekan ini.

BI akan mengumukan suku bunga pada Selasa (25/7/2023). Sebelumnya, kebijakan suku bunga Indonesia berada di level 5,75% sudah ditetapkan sejak awal tahun 2023.

Menguatnya IHSG pekan ini seiring dengan potensi Bank Indonesia (BI) yang akan diperkirakan akan kembali menahan suku bunga.

Hal ini akan menjadi sentimen positif, sebab likuiditas mata uang akan lebih baik dan pelaku bisnis dan melakukan ekspansi dengan biaya yang lebih rendah. Pelaku bisnis tidak perlu membayar bunga lebih saat mengajukan kredit pinjaman kepada perbankan untuk memperluas bisnis.

Perekonomian Indonesia sendiri menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan inflasi yang terkendali. Kuartal pertama ini, Indonesia mencatatkan pertumbuhan ekonomi 5,03% secara tahunan (yoy).

Pertumbuhan ini mendukung tren positif pertumbuhan ekonomi Indonesia yang bertumbuh di atas 5% sejak kuartal-IV 2021 atau enam kali berturut-turut. Dalam periode yang sama, perekonomian Amerika Serikat (AS) bertumbuh di atas 5% hanya terjadi sekali.

Dari segi inflasi secara bulan Juni (mom), Indonesia juga memiliki tingkat inflasi yang lebih terkendali sebesar 0,14%, sedangkan Amerika Serikat (AS) sebesar 0,2%.

Secara tahunan, inflasi bulan Juni AS sebesar 3% lebih rendah dibanding Indonesia yang 3,52%. Namun, persentase kenaikan harga secara tahunan di AS yang relatif lebih rendah disebabkan kenaikan harga di AS tahun lalu lebih tinggi.

Hal ini akan menjadi potensi ke depan bank sentral AS (The Fed) menjadi tidak agresif terhadap kebijakan suku bunga atau (dovish), mengingat inflasi AS sudah mendekati target 2%.

Sebagai informasi, AS akan mengumumkan kebijakan suku bunganya pada Kamis (27/7) mendatang. Terakhir, AS menetapkan suku bunganya 5-5,25% sejak 3 Mei 2023.

Otomatis, suku bunga Bank Indonesia (BI) turut diperlambat. Selain itu, inflasi Indonesia yang lebih terkendali akan menjadi potensi ke depan BI lebih cepat menurunkan suku bunga dibanding negara lain, sehingga perekonomian akan bergeliat dan IHSG akan melesat.

Hal ini juga akan berpotensi positif menarik dana asing terhadap investasi Indonesia yang akan mendorong capital inflow di aset keuangan Indonesia, sehingga berpotensi menjadi sentimen IHSG bullish ke depan.

Tidak hanya suku bunga BI dan The Fed yang akan diumumkan, sejumlah data penting yang akan rilis pada pekan ini, seperti data inflasi & CPI Australia per Juni hingga suku bunga Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Analisis Teknikal

TeknikalFoto: Putra
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Jumat pekan lalu, IHSG mampu bertahan di atas garis MA 200.

MA 200 yang biasanya digunakan sebagai penanda suatu saham/indeks saham berada dalam uptrend di angka 6.846.

Namun, IHSG lagi-lagi belum berhasil menembus resistance penting 6.880 (Fibonacci 23,6%), setidaknya sejak 14 Juli lalu.

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 66,77, mendekati area overbought.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas garis sinyal, dengan kecenderungan yang semakin melebar.

Hari ini, IHSG berpeluang menguji resistance penting terdekat di 6.880 (Fibo 23,6%) sebelum menentukan arah selanjutnya. Support terdekat untuk IHSG berada di garis MA 200 (6.846) dan 6.808 (Fibo 61,8%).

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular