
Ambrol 14,77%, Gerak Saham STTP Bikin Heran! Ada Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konsumen produsen makanan ringan yakni PT Siantar Top Tbk (STTP) terpantau bergerak cenderung tak wajar pada perdagangan sesi I Jumat (21/7/2023).
Per pukul 10:14 WIB, saham STTP ambrol 14,77% ke posisi Rp 7.500/saham. Bahkan sebelumnya yakni beberapa menit setelah perdagangan sesi I hari ini dibuka, saham STTP sempat melesat 9,38% ke posisi Rp 9.625/saham.
Namun sekitar pukul 10:17 WIB, setelah menyentuh ARB, saham STTP secara tiba-tiba kembali bangkit dan melesat 2,27% ke posisi Rp 9.000/saham.
Per pukul 10:14 WIB, saham STTP sudah ditransaksikan sebanyak 21 kali dengan volume sebesar 3.200 lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 28,51 juta. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 9,82 triliun.
Pergerakan saham STTP dinilai tidak wajar karena beberapa menit setelah dibuka, sempat melesat hingga 9% lebih, kemudian berbalik arah hingga menyentuh ARB, dan terakhir kembali rebound.
Ada kecenderungan bahwa saham STTP sedang digerakan. Apalagi, saham STTP dianggap oleh investor sebagai saham yang tidak likuid karena pergerakannya.
STTP merupakan produsen makanan ringan asal Jawa Timur, yang didirikan pada tahun 1972. STTP resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 16 Desember 1996.
Siantar Top telah melebarkan sayapnya, melakukan ekspansi di beberapa kawasan Asia, salah satunya China. Seiring dengan berjalannya waktu, Siantar Top terus melakukan pembenahan dalam segi kualitas produk sehingga bisa diterima di berbagai kalangan.
Karena kualitas produknya, kini berbagai macam produk perseroan dapat dinikmati oleh konsumen yang tersebar di mancanegara.
Dari pemegang saham perseroan, saat ini PT Shindo Tiara Tunggal menjadi pengendali saham STTP, dengan menggenggam sebanyak 743.600.500 atau sekitar 56,76%.
Adapun masyarakat publik menggenggam sebanyak 524.648.700 lembar atau sekitar 40,05%. Sedangkan dari pemegang saham yang kepemilikannya di bawah 5%, ada Shindo Sumidomo yang menggenggam sebanyak 40.605.00 atau sekitar 3,1%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat