Market Commentary

IHSG Loyo Lagi, 3 Saham Big Cap Jadi Beban

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 21/07/2023 10:29 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau turun tipis pada perdagangan sesi I Jumat (21/7/2023), setelah kemarin sempat menguat.

Per pukul 10:00 WIB, IHSG melemah tipis 0,07% ke posisi 6.859,2. IHSG masih bertahan di level psikologis 6.800.

Secara sektoral, sektor konsumer primer menjadi pemberat IHSG paling besar pada sesi I hari ini, yakni sebesar 0,42%.


Beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada sesi I hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Astra InternationalASII-5,966.425-1,53%
GoTo Gojek TokopediaGOTO-4,34112-1,75%
Bank Rakyat IndonesiaBBRI-2,705.600-0,44%

Sumber: Refinitiv & RTI

Saham PT Astra International Tbk (ASII), menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini yakni mencapai 5,9 indeks poin.

IHSG kembali terkoreksi setelah kemarin sempat menguat. IHSG juga cenderung rawan koreksi karena pada pekan lalu saja, IHSG berhasil menguat selama lima hari beruntun.

Selain itu, masih minimnya sentimen dari dalam negeri pada pekan ini dan sentimen dari eksternal yang cenderung negatif juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini.

Dari luar negeri, ada beberapa kabar kurang menggembirakan datang, yakni dari Jepang dan Amerika Serikat (AS).

Dari Jepang, , inflasi pada Juni 2023 kembali mengalami kenaikan dan sudah berada di atas target bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ).

Inflasi berdasarkan consumer price index (CPI) Jepang periode Juni lalu naik sedikit menjadi 3,3% (year-on-year/yoy), dari sebelumnya tumbuh 3,2% pada Mei lalu. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan pasar yang tumbuh sebesar 3,5%.

Secara bulanan (month-to-month/mtm), CPI Jepang pada bulan lalu juga naik sedikit menjadi 0,2% (mtm), dari sebelumnya pada Mei lalu yang stabil 0%.

Sedangkan CPI inti, yang tidak termasuk biaya makanan segar yang fluktuatif, tumbuh 3,3% pada bulan lalu, sesuai dengan prediksi pasar dan naik sedikit dari 3,2% pada Mei lalu.

Tetapi pembacaan inti lainnya, yang tidak termasuk harga makanan segar dan energi, tumbuh 4,2% di Juni 2023, tetap mendekati level tertinggi 40 tahun yang dicapai di bulan sebelumnya.

Angka tersebut merupakan indikator kondisi inflasi yang mendasari di Jepang dan diawasi ketat oleh BoJ dalam pertimbangan kebijakan moneter.

Sementara itu dari AS, jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran juga hanya turun 9.000 menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir pada 15 Juli. Jumlah tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar yakni 242.000.

Klaim pengangguran yang hanya turun sedikit tersebut menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas. Data tenaga kerja juga menjadi pertimbangan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga, selain data inflasi.

Jika data tenaga kerja masih panas maka sulit bagi The Fed untuk melunak.

Alhasil, data tenaga kerja AS terbaru yang masih cukup kuat membuat bursa saham AS, Wall Street secara mayoritas ditutup terkoreksi kemarin.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Tunggu Kabar Penting The Fed, IHSG Tumbang ke Zona Merah