Minyak Dapat Kabar Baik dari AS, Namun Ada Halangan di China

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
21 July 2023 09:40
Sumur minyak PHE
Foto: Sumur minyak PHE. (Dok PHE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia berangsur pulih pada pembukaan perdagangan Jumat (21/7/2023). Namun penguatan tersebut relatif terbatas karena pasar masih dibayangi data ekonomi China yang lebih lemah.

Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,09% di posisi US$75,7 per barel, harga minyak mentah brent juga dibuka naik 0,24% ke posisi US$79,78 per barel.

Pada perdagangan Kamis (20/7/2023), minyak WTI di tutup melesat 0,37% ke posisi US$75,63 per barel, begitu juga minyak brent naik 0,16% ke posisi US$79,59 per barel.

Harga minyak mentah dunia relatif stagna pada hari Jumat dan berpotensi ditutup datar untuk minggu ini setelah kenaikan beruntun dalam tiga minggu terakhir ditopang oleh ketakutan akan minimnya persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). 

Namun, penurunan persediaan minyak mentah AS kemarin tercatat lebih moderat dari prediksi sejumlah analis, menurut data Administrasi Informasi Energi (EIA) terbaru.

Persediaan minyak mentah AS hanya turun 708.000 barel minggu lalu menjadi 457,4 juta barel, jauh di bawah ekspektasi para analis yang mengharapkan penurunan hingga 2,4 juta barel.

Selain itu, data terbaru, termasuk inflasi yang lebih rendah dari perkiraan dan pertumbuhan pekerjaan yang moderat, telah meyakinkan banyak investor dan analis bahwa perkiraan kenaikan suku bunga bulan Juli oleh The Federal Reserve AS akan menjadi yang terakhir dari siklus pengetatan saat ini.

Jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran juga hanya turun 9.000 menjadi 228.000 pada pekan yang berakhir pada 15 Juli. Jumlah tersebut lebih baik dibandingkan ekspektasi pasar yakni 242.000.

Klaim pengangguran yang hanya turun sedikit tersebut menunjukkan jika pasar tenaga kerja AS masih panas. Data tenaga kerja menjadi pertimbangan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam menentukan kebijakan suku bunga.

Suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.

Namun, sinyal penguatan yang datang dari AS dihambat oleh isu dari ekportir minyak terbesar dunia. Kondisi ekonomi China yang lebih lemah diprediksi dapat membatasi harga minyak dunia. Konsumen minyak terbesar kedua di dunia minggu ini membukukan pertumbuhan yang mengecewakan pada kuartal kedua, meningkatkan kemungkinan ekonomi kehilangan target pertumbuhan tahunan sebesar 5%.

Produk domestik bruto (PDB) China pada kuartal II 2023 hanya naik sebesar 6,3% (year-on-year/yoy) atau lebih rendah dari ekspektasi pasar yang berada pada angka 7,3% (yoy).


Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Minyak Bergejolak Menanti Keputusan The Fed

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular