Rupiah Kembali Berjaya, Kurs Dolar Kini Rp 14.990
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang Garuda kembali melanjutkan penguatannya meskipun dibayangi sejumlah sentimen negatif dari Jepang dan China.
Dilansir dari Refinitiv, Rupiah kembali menguat 0,03% terhadap dolar AS ke angka Rp 14.985/US$. Penguatan Rupiah hari ini meneruskan tren positif Selasa (18/7/2023) yang ditutup di posisi Rp 14.990/US$.
Penguatan Rupiah pada hari ini terjadi di tengah sentimen yang datang dari Negeri China. Bank Sentral China (PBoC) telah mengumumkan suku bunga tenor satu tahun dan lima tahun tidak naik maupun turun alias sama dengan periode sebelumnya. Data Loan Prime Rate tenor satu tahun di angka 3,55% sedangkan tenor lima tahun di posisi 4,20%.
Angka ini sesuai dengan ekspektasi pasar yang tetap mempertahankan suku bunganya dibandingkan periode sebelumnya.
Sedangkan dari Negeri Jepang, rilis data terkait nilai impor yang jatuh cukup dalam menjadi -12,9% yoy pada Juni dibandingkan bulan sebelumnya sebelumnya -9,8%.
Impor telah terkoreksi selama tiga bulan berturut-turut. Akibatnya, hal ini dapat menyebabkan penurunan permintaan produk Jepang dari negara lain, termasuk Indonesia. Padahal, tahun ini Jepang merupakan pasar ekspor Indonesia terbesar kedua setelah China.
Sebagai informasi, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke Jepang terus mengalami penurunan sejak Januari 2023 dari US$ 1.889,6 juta menjadi US$ 1.449,9 juta pada Juni 2023.
Ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari-Juni 2023 tercatat US$ 10 miliar, anjlok 7,54% dibandingkan periode sebelumnya.
Meskipun begitu, sentimen positif yang menopang Rupiah yakni sepanjang pekan lalu (10 - 13 Juli 2023) terjadi net buy atau beli bersih sebesar Rp 7,1 triliun pada pasar saham dan net buy pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 6,54 triliun.
Capital Inflow tersebut menambah pasokan dolar AS di dalam negeri sehingga membantu pergerakan Rupiah.
Selain itu, rilisnya aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE) pun menjadi penopang Rupiah. Aturan DHE diperketat karena eksportir wajib menyetor minimal 30% DHE selama minimal tiga bulan. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan devisa negara sehingga ketahanan eksternal semakin kuat.
Terakhir, hal penting yang perlu dicermati investor yakni data klaim pengangguran awal AS pada malam hari ini. Data ini menjadi penting karena mengukur pengangguran baru. Jika angka pengangguran awal lebih tinggi daripada ekspektasi, maka akan negatif bagi dolar AS atau dengan kata lain, Rupiah dapat menguat.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(rev/rev)