Market Commentary

IHSG Balik Loyo Tipis, 7 Saham Ini Biang Keroknya

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 17/07/2023 16:37 WIB
Foto: Karyawan melintas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (6/10/2021). Indeks Harga Saham Gabungan berhasil mempertahankan reli dan ditutup terapresiasi 2,06% di level 6.417 pada perdagangan Rabu (06/10/2021). (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah tipis pada perdagangan Senin (17/7/2023), setelah sempat menguat dan menyentuh level psikologis 6.900.

IHSG ditutup turun tipis 0,04% ke posisi 6.867,14. IHSG kembali diperdagangkan di level psikologis 6.800 pada akhir perdagangan hari ini, setelah sebelumnya sempat menyentuh level psikologis 6.900.

Secara sektoral, sektor kesehatan menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 1,34%.


Selain itu, beberapa saham juga menjadi pemberat IHSG. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat IHSG pada perdagangan hari ini.

EmitenKode SahamIndeks PoinHarga TerakhirPerubahan Harga
Astra InternationalASII-3,556.675-1,11%
Kalbe FarmaKLBF-2,512.020-2,42%
Telkom IndonesiaTLKM-2,453.910-0,51%
Bank MandiriBMRI-2,365.375-0,46%
Merdeka Copper GoldMDKA-2,073.260-2,10%
Indofood Sukses MakmurINDF-1,697.300-2,01%
Bayan ResourcesBYAN-1,6818.700-0,53%

Sumber: Refinitiv

Saham PT Astra International Tbk (ASII) menjadi pemberat terbesar IHSG pada hari ini, yakni mencapai 3,6 indeks poin.

Sedangkan saham farmasi yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) juga memberatkan indeks sebesar 2,5 indeks poin.

IHSG gagal mempertahankan penguatannya yang sudah terjadi selama lima hari beruntun, atau menguat sepanjang pekan lalu.

Koreksi IHSG dinilai wajar karena sebelumnya IHSG sudah menguat, sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya pada akhir perdagangan hari ini.

Meski ditutup terkoreksi tipis, tetapi IHSG sempat menghijau setelah dirilisnya data neraca perdagangan Indonesia pada periode Juni 2023 dan reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan surplus neraca perdagangan tercatat tembus US$ 3,45 miliar pada Juni 2023. Surplus ini naik karena adanya penurunan impor menjadi US$ 17,15 miliar atau turun 19,40% dari bulan sebelumnya.

Surplus tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan Mei 2023 yang mencapai US$ 0,44 miliar. Dengan demikian, RI telah mencetak surplus selama 38 bulan beruntun.

"Pada Juni 2023 ini, neraca perdagangan barang kembali mengalami surplus US$ 3,45 miliar. Namun bisa dicatat angka penurunan impor lebih besar dibandingkan ekspor," kata Sekretariat Utama BPS Atqo Mardiyanto, dalam rilis BPS, Senin (17/7/2023).

Dia menambahkan surplus ini meningkat tajam dari bulan sebelumnya, tetapi masih lebih rendah dari bulan Juni 2022.

"Lebih ditopang oleh komoditas nonmigas yang mencapai US$ 4,42 miliar dengan komoditas penyumbang surplus bahan bakar mineral, kode HS-27," paparnya.

Adapun, surplus kali ini sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2023 akan mencapai US$ 1,17 miliar.

Impor pada Juni memang tercatat turun 19,40% menjadi US$17,15 miliar didorong oleh penurunan impor mesin dan peralatan mekanik, impor kendaraan dan bagiannya, serta impor migas.

Di lain sisi, pelaku pasar di dalam negeri juga cenderung merespons positif dari reshuffle kabinet pemerintahan Presiden Jokowi pada hari ini.

Pada pagi hari ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melantik beberapa menteri dan Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Istana Negara.

Beberapa menit setelah pelantikan Menkominfo, beberapa Wakil Menteri, dan dua Watimpres baru, pasar langsung merespons positif, terlihat dari pergerakan IHSG yang nyaris melesat 1% di awal perdagangan sesi I hari ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat