Harga Minyak Mentah Dunia Anjlok Gara-gara Ulah Libya

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
17 July 2023 09:30
Sumur minyak PHE
Foto: Sumur minyak PHE. (Dok PHE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kembali anjlok pada pembukaan perdagangan Senin (17/7/2023) karena Libya melanjutkan produksi minyak mentahnya.

Harga minyak mentah WTI dibuka melemah 0,53% di posisi US$75,02 per barel, begitu juga harga minyak mentah brent dibuka terkoreksi 0,64% ke posisi US$79,36 per barel.

Pada perdagangan Jumat (14/7/2023), minyak WTI di tutup anjlok 1,91% ke posisi US$75,42 per barel, begitu juga minyak brent turun 1,83% ke posisi US$79,87 per barel.

Harga minyak mentah dunia turun pada awal perdagangan Senin setelah Libya melanjutkan produksi selama akhir pekan sementara China, importir minyak mentah terbesar dunia, diperkirakan akan merilis data ekonomi yang menunjukkan pemulihan ekonomi yang gagal pasca pandemi.

Harga minyak mentah dunia melemah setelah kedua benchmark pada pekan lalu membukukan kenaikan minggu ketiga berturut-turut dan menyentuh level tertinggi sejak April ketika produksi ditutup di ladang minyak di Libya dan Shell menghentikan ekspor minyak mentah Nigeria dalam memperketat pasokan.

Dua dari tiga ladang minyak Libya ditutup pada Kamis, ladang minyak Sharara dan El Feel dengan total kapasitas produksi 370.000 barel per hari (bpd), dilanjutkan pada Sabtu malam, ucap empat insinyur perminyakan dan kementerian perminyakan.

Bidang 108 tetap ditutup. Produksi dihentikan sebagai protes terhadap penculikan mantan menteri keuangan.

Di Rusia, ekspor minyak dari pelabuhan barat akan turun sekitar 100.000-200.000 barel per hari pada bulan depan dari level Juli, tanda Moskow menepati janjinya untuk pengurangan pasokan baru bersama dengan pemimpin OPEC Arab Saudi.

Di sisi ekonomi, data sentimen konsumen yang lebih kuat dari perkiraan di Amerika Serikat (AS) pada hari Jumat mengurangi ekspektasi bahwa Federal Reserve akan mengakhiri siklus kenaikan suku bunga pada pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada minggu depan.

Ada juga beberapa kegugupan di antara para pedagang menjelang minggu besar berikutnya untuk data ekonomi dari China, Inggris dan Jepang.

"Ketiga pembacaan ini akan berperan dalam menentukan langkah selanjutnya untuk tiga bank sentral utama PBOC, BoE dan BoJ dan selanjutnya apakah permintaan minyak akan menerima dorongan," ucap Sycamore seorang analis kepada Reuters.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Dunia Terbang 15% Bulan Juli, Ulah Kartel OPEC+?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular