
Bank Mini Pesta Pora! Reli Bangkit atau Hanya Sesaat Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten bank mini (KBMI 1 dan 2), termasuk bank digital, melompat tinggi pada Kamis (13/7), melanjutkan penguatan momentum penguatan beberapa waktu terakhir.
Saham PT Bank Victoria Internasional Tbk (BVIC) memimpin kenaikan dengan persentase 11,11% ke posisi Rp130/saham, usai menguat dua hari sebelumnya. Dalam sepekan, saham BVIC melejit 28,71%.
Di bawah BVIC, saham PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK) naik 5,39% ke posisi Rp1.270/saham dan PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW) menghijau 4,30%.
Saham PT Bank Bumi Arta Tbk (BNBA) dan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) juga masing-masing melonjak 3,57% dan 3,49% hari ini.
Kabar mengenai investor asing yang kembali melirik saham perbankan termasuk bank digital menjadi katalis positif, selain dari prospek terus melandainya inflasi Amerika Serikat (AS).
Kebijakan moneter negara utama, terutama dari AS sebagai kiblat ekonomi dunia, yang diproyeksi akan mulai melonggarkan pengetatan membawa peluang arus permodalan akan kembali pulih yang bisa mendorong harga saham sejumlah bank digital.
Bank digital menjadi sektor yang sangat berkorelasi dengan likuiditas global dan juga sektor saham teknologi. Karenanya, ekspektasi pengurangan laju kenaikan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) usai rilis data inflasi teranyar yang melandai bisa menjadi katalis positif untuk sektor tersebut.
Sebagaimana diketahui, suku bunga tinggi adalah musuh untuk perusahaan yang mengejar pertumbuhan macam perusahaan teknologi. Begitu pula, likuiditas yang ketat di pasar saham akibat kebijakan moneter ketat ikut menghantam sektor tech.
Secara prospek, potensi bank digital Indonesia juga terbilang cerah.
Populasi Indonesia yang besar, kelas menengah yang berkembang, dan tingkat penetrasi perbankan yang relatif rendah memberikan peluang besar bagi bank digital untuk mengakses segmen yang belum terlayani (unbanked) dan mendapatkan pangsa pasar.
Pertumbuhan potensial ini didorong oleh adopsi layanan digital yang semakin meningkat, terutama di kalangan yang mahir dalam teknologi dan generasi muda.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae memang mengatakan perbankan Indonesia banyak dilirik investor asing.
Menurutnya, minat pengusaha asing untuk berinvestasi pada sektor perbankan tinggi. Padahal sebelumnya ada rumor bahwa asing akan keluar dari pasar keuangan Indonesia, terutama di sektor perbankan.
"Investor asing saya kaget nih dari mana nih investor asing mengundurkan diri. Bahkan permintaan dari kita dari Jepang dari Korsel dari negara tetangga Singapura sedang meningkat untuk bisa akuisisi bank lokal, dan saya kira performance bank-bank kita secara nasional bahwa di pasar modal juga jadi penggerak utama itu industri perbankan," ujar Dian Ediana Rae, Ketua Eksekutif Pengawasan Perbankan OJK, dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Komisioner OJK, Selasa (4/7/2023).
Dian juga mengatakan, saat ini industri perbankan sangat atraktif dan menarik pihak-pihak asing. Dirinya juga mengungkapkan tidak terlalu lama lagi akan ada proses akuisisi dan merger yang terjadi di perbankan Indonesia.
Namun, apakah tren harga saham bank mini atau digital akan kembali menguat (uptrend) masih akan membutuhkan pembuktian lebih lanjut, baik secara fundamental maupun teknikal.
Saat ini, valuasi saham bank digital yang cenderung lebih mahal dibandingkan dengan rata-rata industrinya perlu menjadi perhatian utama untuk investor.
Sementara, secara teknikal, baru sebagian kecil saham-saham bank mini yang menembus indikator moving average 200 hari (MA200), yang menjadi resistance terkuat.
Ini berarti, secara umum, saham bank mini masih dalam keadaan penurunan berat (downtrend) dan berada di bawah indikator penting MA200. Padahal, downtrend adalah musuh utama para trader.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(trp/trp)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dua Hari di Zona Merah, IHSG Kembali Menguat