Analisis Teknikal

Usai Hattrick, IHSG Tarik Napas Dulu Hari Ini

Putra, CNBC Indonesia
Kamis, 13/07/2023 07:10 WIB
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali ditutup di zona hijau pada perdagangan Rabu (12/7/2023), setelah sempat terkoreksi tipis pada perdagangan sesi I kemarin.

IHSG naik 0,17% ke posisi 6.808,209. Akhirnya, IHSG kembali menyentuh level psikologis 6.800, di mana IHSG terakhir menyentuh level psikologis ini pada perdagangan 10 Mei lalu.

Secara sektoral, sektor properti menjadi market movers paling besar IHSG pada hari ini, yakni sebesar 0,97%.


Selain itu, beberapa saham turut menjadi penopang IHSG, sehingga indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut berhasil menguat.

Saham perbankan raksasa mendapat giliran menjadi leader IHSG pada hari ini. Adapun saham bank raksasa tersebut yakni PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Saham BBCA menjadi leader IHSG paling besar yakni mencapai 9,96 indeks poin. Sedangkan saham BBRI sebesar 2,7 indeks poin, dan saham BMRI sebesar 2,4 indeks poin.

IHSG sebelumnya sempat terkoreksi tipis karena diperberat oleh saham-saham batu bara. Namun di akhir perdagangan hari ini, IHSG akhirnya kembali rebound.

Di lain sisi, investor sepertinya sedang memasang mode wait and see, jelang rilis data inflasi AS ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) pada Rabu malam waktu Indonesia.

Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan CPI bulan lalu naik 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Setali tiga uang, CPI inti tahunan bulan lalu juga diperkirakan akan melandai ke 5%, dari bulan sebelumnya 5,3%.

Sementara inflasi ditingkat produsen (producer price index/PPI) diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.

PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.

Jika CPI dan PPI AS melandai sesuai dengan prediksi pasar, maka itu menjadi sinyal kuat jika ekonomi AS akan melemah.

Pelemahan ekonomi akan membuat pasar tenaga kerja AS yang masih panas saat ini bisa mendingin sehingga inflasi pun akan terus melemah dan mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2%.

Meski begitu, investor global tetap memperkirakan kenaikan 25 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed 25-26 Juli.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan kenaikan 25 bp mencapai 93%, sedangkan sisanya hanya 7% yang memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya.

Investor akan menyimak pergerakan Wall Street pada Rabu waktu setempat usai rilis data inflasi AS.

Rabu malam waktu Indonesia (12/7), nflasi Amerika Serikat (AS) melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni 2023, dari 4% (yoy) pada Mei.

Melandainya inflasi AS menjadi kabar gembira karena ekspektasi pasar melihat pelonggaran kebijakan moneter AS bisa menjadi kenyataan.

Laju inflasi AS jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi Juni sebesar 3,1%. Laju inflasi Juni juga menjadi yang terendah sejak Maret 2021 di mana inflasi menyentuh 2,6%.

Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS melandai mencapai 0,2% pada Juni 2023 dari 0,1% pada bulan Mei. Inflasi tersebut juga jauh di bawah ekspektasi pasar yang memproyeksi inflasi akan ada di angka 0,3%.

Analisis Teknikal

Foto: Putra
Teknikal

IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu harian (daily) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.

Pada Rabu, IHSG masih tertahan di kisaran resistance terdekat berupa Fibonacci rectracement 38,2% (6.808). Penembusan ke atas resistance ini bisa membuat IHSG menatap resistance selanjutnya di 6.870 (Fibonacci 23,6%).

Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.

RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.

Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik harian, posisi RSI naik ke 63,24.

Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas garis sinyal, dengan kecenderungan yang semakin melebar.

IHSG berpeluang menguji kembali area Fibonacci 38,2% (6.808) sebelum menentukan arah selanjutnya. Apabila berhasil, area resistance selanjutnya untuk IHSG adalah Fibonacci 23,6%, yakni di level 6.870.

Namun, apabila gagal, area support terdekat berada di area Fibonacci 50% (6.757) dan MA 20 (6.700).

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(trp)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat