IHSG Kok Masih Malu-Malu Colek 6.800?
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatil dan ditutup mendatar dengan kecenderungan melemah tipis di sesi I, Rabu (12/7/2023).
IHSG turun tipis 0,041 poin ke posisi 6.796,88 di sesi istirahat siang hari ini. Nilai transaksi mencapai Rp4,40 triliun dan volume perdagangan 13,32 miliar saham. Sebanyak 271 saham naik, 243 turun, dan 217 mendatar.
Galaunya IHSG terjadi seiring penguatan yang sudah berlangsung selama dua hari, meskipun hal ini juga diperberat oleh pergerakan bursa Asia-Pasifik yang mulai lesu pada pagi hari ini.
Di lain sisi, investor sepertinya sedang memasang mode wait and see, jelang rilis data inflasi AS ditingkat konsumen (consumer price index/CPI) pada malam nanti waktu Indonesia.
Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan CPI bulan lalu naik 3,1% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Setali tiga uang, CPI inti tahunan bulan lalu juga diperkirakan akan melandai ke 5%, dari bulan sebelumnya 5,3%.
Sementara inflasi ditingkat produsen (producer price index/PPI) diproyeksikan naik 0,2% bulan lalu, setelah turun 0,3% di Mei.
PPI kemungkinan naik hanya 0,2% dari posisi tahun lalu, yang akan menandai kenaikan tahunan terkecil sejak September 2020, dan dibandingkan dengan puncak 11,7% pada Maret tahun lalu.
Jika CPI dan PPI AS melandai sesuai dengan prediksi pasar, maka itu menjadi sinyal kuat jika ekonomi AS akan melemah.
Pelemahan ekonomi akan membuat pasar tenaga kerja AS yang masih panas saat ini bisa mendingin sehingga inflasi pun akan terus melemah dan mendekati target bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yakni 2%.
Meski begitu, investor global tetap memperkirakan kenaikan 25 basis poin (bp) pada pertemuan The Fed 25-26 Juli.
Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan kenaikan 25 bp mencapai 93%, sedangkan sisanya hanya 7% yang memperkirakan The Fed akan kembali menahan suku bunga acuannya.
Analisis Teknikal
IHSG dianalisis berdasarkan periode waktu 1 jam (hourly) menggunakan moving average (MA) dan Fibonacci retracement untuk mencari resistance dan support terdekat.
Pada sesi I, IHSG bergerak volatil, sempat menembus level psikologis 6.800, tetapi masih tertahan di bawah resistance berupa Fibonacci level 61,8% (6.816).
Pergerakan IHSG juga dilihat dengan indikator teknikal lainnya, yakni Relative Strength Index (RSI) yang mengukur momentum.
RSI merupakan indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu.
Indikator RSI berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20. Dalam grafik 1 jam, posisi RSI turun ke 68,67.
Sementara, dilihat dari indikator lainnya, Moving Average Convergence Divergence (MACD), garis MACD berada di atas garis sinyal, dengan kecenderungan melebar.
Di sesi II, IHSG akan kembali menguji resistance berupa level psikologis 6.800 Fibonacci level 61,8% (6.816) sebelum menentukan arah selanjutnya.
Sementara, support terdekat berada di area Fibonacci 50% (6.768) dan MA 20 (6.758).
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcindonesia.com
(mkh/mkh)